BUKAN PULAU YANG DI JUAL TAPI SAHAM RESORTNYA?????

22:06 Posted In Edit This 0 Comments »
Hmmm....bener gag yah kira-kira kalau ada bantahan "Itu bukan pulaunya yang di jual,tapi saham resortnya yang di jual.."... Tapi kok di situs itu terpampang tulisan "ISLAND FOR SALE" yah??
Apa bahasa Inggris sekarang udah di ganti??
Coba blogger baca aja di
http://news.okezone.com/read/2009/08/29/1/252473/bukan-jual-pulau-tapi-lelang-saham-resort
kira-kira masuk akal ga bantahan yang di sampaikan oleh Direktur Pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kalautan Toni Ruchimat??
Apa iya rakyat Indonesia yang sekarang masih bisa di bohongi terus menerus??
Belum juga selesei kontroversi tentang penjualan beberapa pulau di Indonesia...sudah muncul penghinaan MALAYSIA terhadap INDONESIA...Lagu ciptaan WR. Soepratman  yang telah ditetapkan oleh Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno sebagai lagu kebangsaan Indonesia yang memiliki makna besar kemarin disebuah forum yang bernama www.topix.com dengan regionalnya Malaysia telah dilecehkan oleh seseorang yang memiliki nick IndonSIAL.

Menurut pandangan saya dengan cara melecehkan lagu Indonesia Raya ini boleh dibilang puncak dari penghinaan yang telah mereka lakukan terhadap Indonesia selama ini, masih ingat dibenak kita bagaimana Sipadan Ligitan raib dari wilayah Indonesia kemudian hampir-hampir saja Ambalat juga mereka caplok terus yang masih hangat dibicarakan kisah tari Pendet yang mereka claim sebagai kebudayaan mereka dan tidak itu saja mereka juga telah mengirim dua orang yang memiliki andil besar kasus teror bom selama ini siapa lagi kalau bukan Dr. Azhari dan Noordin M Top, dua orang manusia keparat berkebangsaan Malaysia itu telah menorehkan luka yang teramat dalam di setiap hati warga Indonesia.

"Indonesial National Anthem"
Cipt : MalingSial keparat.

Indonesial tanah Cairku
Tanah tumpah muntahku
Disanalah aku merangkak hina
Jadi kubur
Indonesial negara miskin ku
Bangsa Busuk dan Tanah Miskinku
Marilah kita semua tidur
Indonesial negara miskinku
Mati lah tanahku Modar lah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Miskin lah jiwanya Tidurlah badannya
Untuk Indonesial Miskin
Indonesial Miskin Mampous Modar
Datang kerja Malaysia Tapi TKI
Jadiperampok
Rompak Malaysia bawa wang ke Indon
Indonesial Pendatang Haram
Miskin lah Miskin lah
Datang Haram ke Malaysia Tiada paspor
Bila kena tangkap dan hantar balik
Kata nya malaysia jahat
Indonesial Negara Perampok
Indonesial Menghantar perampok maling
pekerja TKI Indonesial
hantaq pi Malaysia
IndonesialMaling
Merampok lagu Malaysia
Mengatakan itu lagu mereka
Indonesial Tanah yang hina
Tanah gersang yang miskin
Di sanalah aku miskin Untuk slama-lamanya
Indonesial Tanah puaka
Puaka Hantu Kita semuanya
Negara luas hasil bumi banyak tapi miskin
Datang minta sedekah di Malaysia
Marilah kita mendoa Indonesial brengset
Gersang lah Tanahnya mundurlah jiwanya
Bangsanya Rakyatnya semuanya
Tidurlah hatinya Mimpilah budinya
Untuk Indonesial Miskin
Indonesial Tanah yang kotor Tanah kita yang Malang
Disanalah aku tidur selamanya bermimpi sampai mati
Indonesial! Tanah Malang Tanah yang aku sendiri benci
Marilah kita berjanji Indonesial miskin
Mati lah Rakyatnya Modar lah putranya
Negara Miskin Tentera Coma pakai Basikal
Miskinlah Negrinya Mundur lah Negara nya
Untuk Indonesial kurap


Dan mungkin MALINGSIA benar-benar mengobarkan api perang untuk INDONESIA...jadi tak ada lagi perundingan seharusnya...bukankah kita memiliki banyak suku-suku yang keras dan bisa dengan mudah meluluhlantahkan MALINGSIA....

Biarlah MALINGSIA menikmati hari-hari bahagia terakhirnya...sebelum INDONESIA melalapnya........

00:17 Posted In Edit This 0 Comments »
TERNYATA PERTIWI BUKAN HARGA MATI
Dalam sebuah iklan di situs
privateislandonline.com
, tiga pulau yang masih berada dalam kawasan Indonesia dijual. Ketiga pulau itu adalah Pulau Makaroni, Pulau Siloinak dan Pulau Kandui yang semuanya terletak di kepulauan Mentawai.

Penjualan 3 pulau itu diiklankan di situs tersebut dengan judul 'Islands for Sale in Indonesia'. Dalam iklan di situs itu, masing-masing pulau tersebut dijual dengan harga yang bervariasi. Pulau Makaroni yang memiliki luas 14 hektar dihargau US$4 juta, Pulau Silionak yang memiliki luas 24 hektar dibandrol US$1,6 juta dan Pulau Kandui yang memiliki luas 26 hektar dihargai US$8 juta.

Iklan juga menampilkan peta Indonesia dan disertai foto keindahan pulau tersebut. Pulau Makaroni misalnya, selain memiliki air laut yang berwarna indah, beberapa bungalow juga sudah terbangun di sepanjang pinggir pantai pulau tersebut.

Sementara Pulau silionak dan Pulau Kandui juga tidak kalah indahnya. Meski gambar kedua pulau tersebut diambil dari kejauhan, tapi nampak keindahan yang terpancar dari dua pulau yang sama-sama terletak di kepulauan Mentawai ini.

Selain menjual pulau-pulau milik Indonesia, situs privateislandonline.com juga menjual beberapa pulau milik negara lain. Misalkan Pulau Rusukan Besar milik Malaysia yang dijual seharga US$ 5 juta, Pulau Rangyai di Thailand yang dijual seharga US$ 160 juta, dan dua pulau lagi yang terletak di negara Bahama dan Tahiti.

Tak cuma itu, dalam situs tersebut juga menyediakan layanan pencarian pulau di dunia untuk dibeli, lengkap dengan luas tanah serta harga yang dibanderol.

2007 lalu, kita juga sempat heboh dengan dijualnya dua pulau yakni Pulau Panjang dan Meriam Besar yang dijual oleh Karangasem Property melalui situs www.karangasemproperty.com.

Pulau Panjang di Sumbawa, NTB tertulis seluas 33 hektar. Sedangkan Meriam Besar yang juga berada di Sumbawa, NTB tertulis seluas 5 hektar. Setelah ramai diberitakan, pemilik situs itu adalah warga Belanda meminta maaf dan meralat pulau yang diiklankan bukan dijual tapi dibuka untuk penanaman investasi.

SUMBER DAYA ALAM INDONESIA

20:41 Posted In Edit This 0 Comments »
  • Sumber Daya Alam Provinsi DKI Jakarta

adalah sektor perdagangan dan jasa. Sektor itu memberikan kontribusi terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta tetapi juga mampu menyerap tenaga kerja yang relatif lebih besar. 

Provinsi DKI Jakarta pada 2005 juga memiliki pertanian yang cukup baik. Produk pertanian diri dari palawija, sayuran, anggrek, dan tanaman obat. Produksi ini pada umumnya merupakan hasil pemanfaatan lahan tidur dan lahan pekarangan. Produksi perikanan pada 2005 terdiri dari perikanan laut 132.033,8 ton, perikanan darat 8.880,37 ton, dan ikan hias 49,002.044 ton. Dan kemungkinan terus meningkat di tahun 2006. 

Berdasarkan populasi ternak tahun 2005 terdiri dari sapi perah (347 ekor), kerbau (242 ekor). kuda (156 ekor), kambing (5.886), domba (1.624 ekor), ayam buras (55.056 ekor), ayam pedaging/ras (182.000 ekor), dan itik (68.000 ekor). Dalam hal ini, produk hasil ternak juga cukup baik. Produksi daging, telur, dan susu untuk tahun 2005 cukup untuk memenuhi kebutuhan tahun 2006. Produk tersebut terdiri dari daging (21.874.380 kg), telur (530.466 kg), susu (5.060.664 kg), tulang (2.195.630 kg), kulit sapi/kerbau (71.600 lembar dan kulit kambing/domba 111.480 lembar) dan diharapkan untuk tahun 2006 akan terus meningkat.

Hutan yang ada di Provinsi DKI Jakarta adalah hutan kota yang dibagi kedalam empat jenis, yaitu Hutan Istimewa (158,1 ha), Hutan Kota (3477,42 ha), Hutan Pulau Seribu (100,91 ha) dan Kawasan Kota (172,19 ha).

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

  • Sumber Daya Alam Provinsi Gorontalo

Dalam rangka mewujudkan Gorontalo sebagai kota pertanian (Agropolitan), maka berbagai upaya terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi melalui perbaikan infrastruktur sebagai pilar pilar dalam memacu pembangunan, antara lain penyediaan sarana produksi pertanian, penyediaan dana penjamin, peningkatan SDM pertanian, memperlancar pemasaran dengan jaminan harga dasar dan lain lain, dengan menyusun berbagai program:

  1. Pengembangan tanaman pangan, di versifikasi pangan dan ketahanan pangan daerah;
  2. Pengembangan agropolitan menuju satu jutaan ton jagung;
  3. Pengembangan agro bisnis, dan
  4. Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan petani melalui pembedayaan masyarakat pertanian.

Dalam mengembangkan potensi dan keaneka ragaman sumber daya alam di Provinsi Gorontalo merupakan peluang investasi untuk dikembangkan, seperti investasi di bidang agro bisnis (pertanian dan perkebunan), termasuk juga agro industri (nata de coco, minyak kelapa dan Dubuk santan) serta di bidang pertambangan (emas, granit clan bahan galian golongan ),

Prioritas pengembangan selama lima tahun ke depan diproyeksikan pada komoditi jagung dengan luas areal produksi jagung tahun 2004 seluas 35.692,450 ha dengan jumlah produksi sebanyak 323,065 ton dan untuk jagung louning sendiri telah berhasil di ekspor sebesar 9.148 ton.

Dari luas wilayah Provinsi Gorontalo seluas 1.221.544 ha, untuk areal potensial pertanian seluas 463.649,09 ha atau 37,95%, tetapi yang baru di manfaatkan seluas 148.312,78 ha (32%) atau masih terdapat peluang pengembangan lahan 315.336,31 ha. Wilayah Provinsi Gorornalo merupakan daerah agraris dengan keadaan topografi datar, berbukit-bukit sampai dengan bergunung sehingga berbagai jenis tanaman pangan dapat tumbuh dengan baik di daerah ini.

Luas lahan kering adalah 215.845,00 ha. Sedangkan rawa-rawa (tegalan) seluas 1.580,00 ha, Luas areal produksi padi pada tahun 2006 yaitu 45.027 ha dengan jumlah produksi tahun 2006 sebanyak 197.600,94 ton dan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2005 yang mempunyai luas areal 37.831 ha dengan jumlah produksi sebanyak 164.168 tom. Luas areal produksi kedelai pada tahun 2006 adalah 5.217 ha dengan jumlah produksi 6.767,21 ton, mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2005 yang mempunyai luas areal produksi 2.677 ha dengan jumlah produksi 3.738 ton. Luas areal produksi kacang tanah pada tahun 2006 adalah 2.825 ha dengan jumlah produksi 3.316,79 ton meningkat jika dibandingkan pada tahun 2005 yang mempunyai luas areal 4.335 ha dengan jumlah produksi mencapai 5.371 ton. Luas areal produksi ubi kayu pada tahun 2006 adalah seluas 853 ha dengan jumlah produksi mencapai 9.742,04 ton. Luas areal produksi Singkong dan umbi-umbian seluas 894,70 dengan jumlah produksi sebanyak 10.041 ton. Luas areal produksi sayur-sayuran pada tahun 2006 adalah 3.674 ha dengan jumlah produksi mencapai 74,44 ton/ha.

Jika dilihat dari data luas kawasan hutan Provinsi Gorontalo pada tahun 2004 berdasarkan TGHK (Tata Guna Hutan Kesepakatan), maka lufas kawasan hutan Provinsi Garontalo seluas 826.378,12 ha, yang terdiri dari: hutan lingdsing seluas 165.488,67 ha, hutan konservasi seluas 20.135,60 ha, hutan produksi terbatas seluas 342.449,55 ha, dan hutan produksi seluas 100.684,45 ha. Dari seluruh luas hutan tersebut hasil kayu yang di dapat mencapai total 14.808.000 m³.

Kawasan laut di Gorontalo, terutama di Teluk Tomini, menyimpan banyak potensi alam karena merupakan satu satunya teluk yang dilalui garis khatulistiwa. Perikanan dan kelautan merupakan sektor unggulan bagi Goronralo yang memiliki garis pantai yang cukup panjang, Garis pantai Utara dan Selatan masing masing memiliki panjang sekitar 270 kilometer dan 320 kilometer. Gorontalo akan di kembangkan sebagai wilayah Agropolitan dengan Pertanian dan Perikanan yang akan menjadi Sektor Pengembangan Ekonomi Unggulan Provinsi. Potensi sumber daya perikanan Gorontalo berada di tiga perairan, yakni Teluk Tomini, Laut Sulawesi, dan Zone Ekonomi Eksklusif Laut Sulawesi. Sayangnya, tingkat pemanfaatan perikanan tangkap baru 24,05% atas 19.771 ton per tahun.

Luas wilayah perairan Gorontalo termasuk cukup besar yakni di Utara sepanjang 270 kilometer menghadap ke Laut Sulawesi ada areal Zone Ekonoinic Exclusive (ZEE) yang kaya dengan hasil laut. Jenis ikan yang ada di wilayah itu adalah palangis besar dan palangis kecil.

Sejak menjadi provinsi, produksi hasil perikanan di Gorontalo terus meningkat, Sektor perikanan tangkap dengan potensi mencapai 1.226.090 ton, dapat menghasilkan produksi sebesar 37.036 ton/tahun, sektor budidaya laut dengan potensi mencapai 25.050 ton dapat menghasilkan produksi sebesar 5.648,3 ton/tahun, sektor budidaya air payau dengan jumlah potensi mencapai 59.770 ton dapat menghasilkan produksi sebesar 1.553,2 ton/tahun dan budidaya air tawar dengan potensi mencapai 928,6 ton dapat meningkatkan produksi sebesar 928,6 ton/tahun. 

Potensi kelautan lainnya yang menjadi unggulan, yaitu budi daya rumput laut yang didukung program Gerakan Menanam Rumput Laut (Germar Laut), pemanfaatan lahannya baru mencapai sekitar 850 ha dengan produksi 4.250 ton/ha/tahun.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

  • Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Timur

Potensi sumber daya alam sangat bervariasi, seperti pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan serta perkebunan. Luas lahan sawah adalah 1.178.283 ha, terdiri dari lahan beririgasi seluas 907.274 ha, sawah tadah hujan seluas 243.899 ha, dan sawah lainnya/irigasi lodesa seluas 27.110 ha. Luas lahan palawija, hortikultura dan sayur mayur seluas 4.046.971 ha. Panjang saluran irigasi teknis primer 3.633.093 Km, dan panjang saluran teknis sekunder 3.445.093 Km. Panjang saluran irigasi semi teknis primer adalah 446.848 Km dan panjang saluran semi teknis sekunder 47.151 Km, Panjang saluran irigasi sederhana primer 216.636 Km dan panjang saluran sederhana sekunder 75.749 Km.

Dari lahan persawahan yang ada, areal panen rata rata seluas 1,692.729 ha dengan rata rata pro¬duktivitas 53,17 Kw/ha, jumlah produksi padi kering giling yang diperoleh sebanyak 900.215 ton/tahun atau beras sebanyak 5.688.51 ton/tahun. Tanaman jagung dengan luas areal produksi mencapai 1.144.349 ha, dapat memproduksi sebanyak 4.240.308 ton. Tanaman kedelai dengan produksi mencapai 257.170 ha, dapat memproduksi sebanyak 343.150 ton .jumlah produksi untuk padi adalah 9.007.265 ton, jagung 439.850 ton, ubi kayu 4.023.614 ton, dan kacang 95.527 ton. Keadaan ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2004 yaitu pada 9.002.618 ton, jagung 4.134.762 ton, ubi kayu 3.9611.662 ton, kacang hijau 212.325 ton. Sementara ketersediaan pangan beras sebesar 1.745.841 ton, jagung 3.444.480 ton, ubi kayu 2.615,42 ton, ubi jalar 23.009 ton, kacang tanah 160.658 ton, kacang hijau 66.137 ton, daging 83.508 ton, telur 19.841 ton, susu 77.633 ton, dan ikan 6.302 ton. Ketersediaan pangan di Jawa Timur merupakan keberhasilan teknologi pertanian, perluasan lahan panen meningkatkan intensifikasi petani.

Provinsi jawa Timur juga merupakan yang berpotensi untuk pengembangan buah-buahan dan memberikan kontribusi nasional sebesar 20%. Jenis buah buahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan jenis produksi buah buahan adalah mangga (Kabupaten Situbondo, Probolinggo, Pacitan dan Gresik), pisang (Kabupaten Lumajang, Magetan, dan Banyuwangi) dan jeruk (Kabuparen Pasuruan, Ponorogo, Madiun, Mojokerto, Pacitan, Magetan, dan Jombang).

Luas kawasan hutan sekitar 1.357.206,36 ha atau 28% dari luas dararan Provinsi Jawa Timur, terdiri atas beberapa jenis hutan. Hutan hutan yang ada menurut jenisnya antara lain hutan produksi seluas 811.452,70 ha (59,79%), hutan lindung seluas 312.636,50 ha (23,04%), hutan konservasi seluas 233.117,16 ha (17,18%). Hasil produksi yang didapat dari hutan non HPH antara lain kayu bulat sebanyak 265.844 m³; kayu gergagian 1.237 m³; kayu olahan jati yang terdiri dari veneer sayat (3.079.321 m²); TOP (7.656 m³); dan penempelan veneer (444.790 m²).

Kegiatan perikanan dapat dibedakan atas sektor perikanan laut dan perikanan darat. Pada sektor perikanan laut, jumlah kapal penangkap ikan yang beroperasi sebanyak 53.889 unit dengan jumlah rumah tangga perikanan sebanyak 91.979 kepala keluarga, jumlah tempat pelelangan ikan sebanyak 45 buah. Jumlah produksi ikan yang dihasilkan setiap tahunnya berkisar 334.162,50 ton. 

Sementara itu, kegiatan perikanan pada sektor perikanan darat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:

1. Tambak, dengan luas areal 54.812,42 ha dapat memproduksi sebanyak 81,228,10 ton setiap tahunnya;

2. Kolam, dengan luas areal 1.980,65 ha dapat memproduksi sebanyak 31.025,60 ton setiap tahunnya;

3. Keranmba, dengan jumlah sebanyak 23,7 unit dapat memproduksi sebanyak 2.797,70 ton setiap tahunnya;

4. Mina padi, dengan luas areal 498.95 ha dapat memproduksi sebanyak 175,03 ton setiap tahunnya;

5. Sawah tambak, dengan luas areal 33.577,36 ha dapat memproduksi sebanyak 51.103,40 ton setiap tahunnya.

Sektor peternakan dibagi dalam dua jenis yaitu sektor peternakan produksi utama ternak dan sektor peternakan produksi untama unggas. Jenis-jenis peternakan yang ada pada sektor dengan produksi utama ternak anatara lain peternakan sapi potong dengan populasi 2.524.476 ekor setiap tahunnya dapat memotong sebanyak 336.595 ekor; peternakan sapi perah dengan populasi 134.043 ekor, setiap tahunya dapat menghasilkan susu sebanyak 239.908 liter. Peternakan kambing dengan populasi 2.400.750 ekor, dapat memproduksi daging sebanyak 7.772 ton per tahun; peternakan domba demgam populasi 1.407.116 ekor, dapat memproduksi daging sebanyak 4.334 ton per tahun; dan peternakan babi dengan populasi 35.958 ekor, dapat memproduksi daging sebanyak 398 ton per tahun.

Sektor peternakan dengan produksi utama unggas adalah peternakan ayam buras dengan jumlah populasi 39.673.982 ekor dapat memproduksi 13.734 ton per tahun; peternakan ayam petelur dengan jumlah populasi sebanyak 30.051.763 ekor dapat memproduksi telur sebanyak 139.786 ton per tahun; peternakan ayam pedaging dengan jumlah populasi 29.377.200 ekor dapat memproduksi daging sebanyak 71.301.200 ton per tahun; dan peternakan itik dengan jumlah populasi sebanyak 2.425.129 ekor dapat memproduksi telur sebanyak 8.512 ton per tahun.

Luas seluruh perkebunan di Provinsi Jawa Timur seluas 952.933 ha dengan jumlah total seluruh produksi perkebunan sebanyak 1.658.528,71 ton per tahun. Jenis-jenis perkebunan yang ada antara lain adalah: perkebunan teh dengan luas areal 2.711 ha dapat memproduksi sebanyak 16.695,46 ton per tahun; perkebunan tembakau dengan luas areal 109.918 ha dapat memproduksi sebanyak 77.421 ton per tahun; perkebunan kakao dengan luas areal 35.328 ha dapat memproduksi sebanyak 19.880,81 ton per tahun; perkebunan vanili dengan areal 535 ha dapat memproduksi sebanyak 15,50 ton per tahun; perkebunan tebu dengan luas areal 169.317 ha dapat memproduksi sebanyak 1.048.734,83 ton per tahun; perkebuanan jambu mete dengan luas areal 52.995 ha dapat memproduksi sebanyak 12.213 ton per tahun; dan perkebunan kelapa dengan luas areal 285.180 ha dapat memproduksi sebanyak 265.452,56 ton per tahun.

Salah satu potensi sumber daya alam yang dimiliki adalah sektor pertambangan. Dengan luas area pertambangan mencapai 10.992,86 ha, jumlah produksi yang dihasilkan adalah sebanyak 29.458.718,76 ton per tahum. Jenis produksi yang dihasilkan dari sektor pertambangan antar lain: batu gunung/anderit dengan produksi sebanyak 55.255,00 ton per tahun, pasir degnan produksi sebanyak 2.003.432,92 ton per tahun; batu kapur denganproduksi sebanyak 16.311.268,00 ton per tahun; Felspart dengan produksi sebanyak 198.094,18 ton per tahun; tanah liat dengan produksi sebanyak 1.868.683,00 ton per tahun; dolomit dengan produksi sebanyak 456.681,52 ton per tahun; marmer dengan produksi sebanyak 1.177.864,00 ton per tahun; pasir kwarsa dengan produksi sebanyak 62.973,40 ton per tahun; bantonit dengan produksi sebanyak 16.600,00 ton per tahun; tanah urug dengan produksi sebanyak 74.141,00 ton per tahun; trass dengan produksi sebanyak 80.225,10 ton per tahun; pasir/krikil batu (sirtu) dengan produksi sebanyak 7.075.176,87 ton.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

  • Sumber Daya Alam Provinsi Bangka Belitung

Bukan hanya pertambangan saja yang bisa eksploitasi di sana, tetapi juga sektor pertanian dan perikanan, hanya saja sektor pertanian belum maksimal, terlihat dari perbandingan besarnya luas lahan dan lahan yang telah digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada, baru 25% yang digunakan untuk usaha pertanian.

Provinsi ini memiliki lahan sawah beririgasi teknis seluas 2.743 ha, sementara sawah yang teririgasi non teknis seluas 3.844 ha. Sawah-sawah inilah yang pada tahun 2006 menghasilkan 16.507 ton padi. Terdiri atas 9.073 ton padi sawah dan 7.434 ton padi ladang. Dibandingkan dua tahun terakhir, produktifitas padi yang dicapai menurun. Pada 2004, produksi padi mencapai 18.764 ton sementara pada2005 mencapai 19.027 ton. Di tahun 2005 ini pula berhasil dipanen 26.184 ton palawija, 4.968 hortikultura, dan 1.389 sayur-mayur.

Di kepulauan ini juga terdapat hutan seluas 657.510 ha. Sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 357/Menhut-II 2004, hutan ini terdiri atas 466.090 ha hutan produksi, 156.730 ha hutan lindung, dan 34.690 ha hutan konservasi. Kawasan-kawasan hutan tersebut tersebar dalam 60 kelompok register kawasan hutan, sedangkan pada zaman Belanda batas-batasnya telah ditata secara definitif.

Provinsi ini juga memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar. Selain potensi perikanan tangkap potensi perikanan budidaya, baik budidaya ikan air payau maupun ikan air tawar, layak dikembangkan. Per tahun, potensi kelautan dan perikanan provinsi ini mencapai 499.500 ton perikanan tangkap dengan nilai Rp2.497.500.000,- dan 1.316.000 ton perikanan budidaya dengan nilai Rp245.160.000.000,-.

Perkebunan memiliki arti strategis untuk menunjang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Komoditas unggulan perkebunan rakyat yang telah di tekuni berabad-abad secara turun-temurun adalah lada dan karet. Sedangkan kelapa sawit merupakan komoditas baru dan banyak diusahakan oleh perusahaan besar swasta. Bangka Belitung merupakan daerah penghasil dan pengekspor lada putih yang sejak dulu terkenal dengan nama muntok white pepper.

Dari semuanya, bijih timah adalah sumberdaya alam yang paling bernilai di provinsi ini, bahkan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan nasional. Di sini terdapat satu BUMN yang menambang bijih timah, PT Timah Tbk, dan satu perusahaan asing, PT Koba Tin. Luas area Kuasa Pertambangan (KP) PT Timah Tbk di darat sekitar 360.000 ha atau ± 35% dari luas daratan Pulau Bangka. BUMN ini juga memiliki areal KP darat di Pulau Belitung seluas 126.455 ha atau ± 30% dari luas daratan Pulau Belitung. Untuk PT Koba Tin, diberikan sekitar 41.000 ha. Di luar area kuasa pertambangan PT Timah Tbk dan kontrak karya (KK) PT Koba Tin, kegiatan penambangan juga diusahakan oleh pengusaha tambang inkonvensional dan masyarakat secara tradisional yang juga memberikan nilai ekonomi masyarakat Kepulauan Bangka Belitung.

Secara total, produksi bijih timah pada 2005 mencapai 42.615,22 ton Sn dan logam timah 41.789 metric Sn. Darat di Pulau Belitung seluas 126,445 ha atau 30% dan luas daratan Pulau Belitung. Untuk PT Koba Tin, diberikan sekitar 41.000 ha, Di luar area kuasa pertambangan PT Timah Tbk dan kontrak karya (KK) PT Koba Tin, kegiatan penambangan juga diusahakan oleh pengusaha tambang inkonvensional dan masyarakat secara tradisional yang juga memberikan nilai ekonomi masyarakat Kepulauan Bangka Belitung.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

  • Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Tengah

Sumber daya alam Jawa Tengah cukup kaya. Provinsi ini memiliki lahan sawah beririgasi teknis seluas 387.742,8 ha, sementara sawah yang beririgasi setengah teknis 220,116 ha. Total saluran irigasinya mencapai 3.248.369 ha, Sawah sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 8,68 juta ton padi, terdiri dari 8.487.112 ton padi sawah dan 192.888 ton padi ladang, Produksi padi meningkat 1,94% dari 8,51 juta ton pada 2005 menjadi 8,68 juta ton pada 2006, Peningkatan ini dipicu oleh meningkatnya areal panen sebesar 3,22% atau sekitar 52.000 ha.

Produksi hortikultura pada periode 2005-2006 juga meningkat. Produksi ubi kayu meningkat 7,89%, dari 3.318 juta ton menjadi 3,58 juta ton, sementara produksi kacang hijau meningkat 25,40% dari 85.167 ribu ton menjadi 106,8 ribu ton. Hal ini karena luas panen kedua komoditas itu juga meningkat. Produksi bahkan melonjak secara sangat signifikan sebesar 35,33%, dari 155.098 ton pada 2005 menjadi 209.893 ton di tahun 2006.

Jawa Tengah memiliki hutan seluas 650 ribu ha atau 19,97% dari total luas daratannya, Pembangunan, sektor kehutanan antara lain dilakukan melalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan untuk memperkaya hutab rakyat seluas 8.600 ha dan dengan memberikan bantuan 5,1 juta bibit berbagai jenis tanaman dan buah-buahan kepada masyarakat. Reboisasi hutan mangrove seluas 2.625 ha mengurangi degradasi lingkungan pantai di pantai utara juga digalakkan mulai dari Kabupaten Rembang hingga Kabupaten Brebes.

Tingkat kebutuhan bahan baku kayu di provinsi per tahun sekitar 6 juta m³, sementara produksi bahan baku kayu hanya 2,5 juta m³ per tahun, berasal dan negara sekitar 300 ribu m³ dan 2,2 juta m³ dari hutan rakyat. Dengan demikian, masih terdapat kekurangan 3,5 juta m³ kayu per tahun. Ekspor dari produk tersebut berada dalam kisaran US$ 60–US$ 80 juta. 

Di sektor kelautan dan perikanan, sampai Desember 2006 nilai ekspornya mencapai 17,06 ribu ton atau setara dengan US$ 70,54 juta. Jumlah meningkat dibanding ekspor 2005, yang hanya mencapai setara dengan US$ 69,21 juta.

Populasi ternak meningkat rata-rata 0,9% per tahun selama periode 2004 2006, dari 2.739.534 Animal Unit (AU) ekor pada 2004 meningkat jadi 3.114.404,68 AU ekor pada 2005, lalu bertambah lagi jadi 3.879.272,99 AU ekor pada 2006. Produksi daging pun meningkat rata-rata 0,09% dari 175.393.101 kg pada 2004 meningkat menjadi 181.037.114 kg pada 2005 dan di tahun 2006 mencapai 207.539.434 kg. Hanya saja, hanya saja produksi susu menurun rata rata 0,01% dari 74.013.864 liter pada tahun 2004 turun menjadi 70.693.094 liter pada tahun 2005, tetapi naik pada 2006 menjadi 71.813.422 liter.

Dalam upaya meningkatkan kualitas ternak Jawa Tengah, sejak Januari 2002 sampai Juni 2006 Balai Inseminasi Buatan (BIB) Ungaran telah memproduksi semen beku sekitar 700.000 dosis. Sejak 2003, semen beku produksi BIB memenuhi 51% kebutuhan pasar regional, pada 2006 telah menghasilkan 131,506 dosis semen beku, baik untuk sapi potong, sapi perah dan kambing PE. Pada 2007, BIB Ungaran menerapkan sasaran peningkatan kontribusi semen beku sebesar 70%.

Produk ekspor tanaman perkebunan provinsi ini mencakup kopi, teh, tembakau, dan nilam. Dalam dua tahun terakhir nilai terus meningkat pada 2006, nilai ekspor produk perkebunan ini mencapai US$ 35 juta dengan tingkat produksi 105 ribu ton.  

Dari hasil ekspor sumber daya mineralnya, terutama bahan baku semen, teridentifikasi bahwa kandungan bahan baku antara lain terdapat di Kabupaten Wonogiri (138.289 juta ton), Blora (3,483 juta ton), Grobogan (4.025 juta ton), Kebumen (17.000 juta ton), Pati (1.353 Juta ton) dan Rembang (1.313 juta ton. Ini semua belum termasuk potensi geothermal yang terdapat di Kabupaten Semarang.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber : 

http://www.indonesia.go.id


PESONA WISATA INDONESIA

20:27 Posted In Edit This 0 Comments »


SELAMAT DATANG DI PARIWISATA PROVINSI BALI
Pariwisata di daerah Bali merupakan sektor paling maju dan berkembang, tetapi masih berpeluang untuk dikembangkan lebih modern lagi. Daerah ini memiliki obyek wisata yang beragam, baik wisata alam, wisata sejarah maupun wisata budaya. Wisata alam, misalnya meliputi 47 obyek wisata, seperti panorama di Kintamani, Pantai Kuta, Legian, Sanur, Tanah Lot, Nusa Panida, Nusa Dua, Karang Asem, Danau Batur, Danau Bedugul, Cagar Alam Sangieh, Taman Nasional Bali Barat,dan Taman Laut Pulau Menjangan.

Wisata budaya meliputi 83 obyek wisata, seperti misalnya wisata seni di Ubud, situs keramat Tanah Lot, upacara Barong di Jimbaran dan berbagai tempat seni dan galeri yang sekarang banyak bermunculan di beberapa tempat di Pulau Bali. Obyek wisata budaya ini sangat berkembang pesat, apalagi banyak karya seni yang dihasilkan oleh pelukis dan pematung dari Bali. Harga lukisan dan patung buatan Bali, harganya bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Bahkan, ada beberapa pelukis bule yang sudah lama menetap di Bali, seperti Mario Blanko, Arie Smith, Rudolf Bonner dan sebagainya.

Begitu pula dengan wisata sejarah, dapat dilihat berbagai peninggalan sejarah beberapa kerajaan seperti Karangasem, Klungkung, dan Buleleng. Potensi obyek wisata di Bali yang telah menyumbang devisa negara dan pendapatan asli daerah Bali, sebenarnya masih potensial untukdikembangkan lebih maju lagi. Kota Denpasar yang strategis dan memiliki fasilitas cukup baik dalam hal jasa perdagangan, serta punya bandar udara internasional, harus dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pelayanan pariwisata dan perdagangan internasional.

Data wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali pada 1997, menurut BPS, mencapai 1.230.316 orang. Pada 1998, jumlah wisatawan asing agak menurun, yakni hanya 1.187.153 orang atau turun 3,51% dibandingkan 1997. sedangkan jumlah wisatawan domestik pada 1998 diperkirakan mencapai 300.000 orang. Para wisatawan itu berasal dari beberapa negara, seperti Amerika Serikat , Kanada, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Australia, Inggris, Jerman, Perancis, Thailand, dan sebagainya. Jumlah hotel di seluruh Bali sampai 1998 ada sekitar 90 unti, dengan kapasitas kamar sebanyak 14.626 buah. Selain keindahan panoramanya, daya tarik pariwisata Bali antara lain juga dipengaruhi oleh kekhasan kesenian dan kebudayaannya, termasuk ritual agama Hindhu yang dianut mayoritas orang Bali, serta keramahan masyarakat di sana.

Sejak pertengahan 1980-an, di Bali mulai berkembang wisata jurang dan lembanh sungai. Salah seorang perintis wisata jurang ini adalah I Wayan Munut, yang membeli tanah di tepi jurang, untuk selanjutnya dibangun sebuah bungalow. Kemudian hal ini menjadi ngetrend di Bali hingga sekarang ini. Harga tanah yang pada awal 1980 di daerah lembah atau jurang ini hanya Rp 125.000-175.000 per are. Kini harga tanah jurang sudah mencapai ratusan juta rupiah per are. Ternyata banyak wisatawan mancanegara yang gemar (menggemari) wisata jurang, lembah, dan sungai ini.

Tempat hunian yang sekarang digemari wisatawan asing di Bali adalah Hotel yang dibangun di lereng-lereng tebing atau jurang, yang memberikan suasana magis bagi para penghuninya. Kalau pada 1970 hingga 1980-an, hotel tau losmen di tepi pantai yang mereka gemari, sekarang sudah berubah. Banyak wisman lebih senang menyepi atau menikmati wisata spiritual. Karena indahnya berbagai obyek pariwisata di Bali itu, citra (image) Bali lebih terkenal daripada Indonesia, di mata orang asing. Dan ini artinya dollar masih terus mengalir ke Pulau Dewata.



SELAMAT DATANG DI PARIWISATA PROVINSI D.I YOGYAKARTA
Dalam peta kepariwisataan nasional, potensi DIY menduduki peringkat kedua setelah Bali. Penilaian tersebut didasarkan pada beberapa faktor yang menjadi kekuatan pengembangan wisata di DIY. Pertama, berkenaan dengan keragaman obyek. Dengan berbagai predikatnya, DIY memiliki keragaman obyek wisata yang relatif menyeluruh baik dari segi fisik maupun non fisik, di samping kesiapan sarana penunjang wisata. Sebagai kota pendidikan, Yogyakarta relatif memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.

Disamping itu, terdapat tidak kurang dari 70.000 industri kerajinan tangan, dan sarana lain yang amat kondusif seperti fasilitas akomodasi dan transportasi yang amat beragam, aneka jasa boga, biro perjalanan umum, serta dukungan pramuwisata yang memadai, tim pengamanan wisata yang disebut sebagai Bhayangkara Wisata. Potensi ini masih ditambah lagi dengan letaknya yang bersebelahan dengan Propinsi Jawa Tengah, sehingga menambah keragaman obyek yang telah ada. Kedua, berkaitan dengan ragam spesifisitas obyek dengan karakter mantap dan unik seperti Kraton, Candi Prambanan, kerajinan perak di Kotagede. Spesifikasi obyek ini msih didukung oleh kombinasi obyek fisik dan obyek non fisik dalam paduan yang serasi. Kesemua faktor tersebut memperkuat daya saing DIY sebagai propinsi tujuan utama (primary destination) tidak saja bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Sebutan Prawirotaman dan Sosrowijayan sebagai 'kampung internasional' membuktikan kedekatan atmosfir Yogyakarta dengan 'selera eksotisme' wisatawan mancanegara.

Menurut penelitian Puslitbang Pariwisata pada tahun 1980, pariwisata Yogyakarta memiliki beberapa kekuatan daya tarik, seperti iklim yang baik, atraksi pemandangan yang beragam, budaya yang menarik dan sejarah, masyarakat yang ramah dan bersahabat, akomodasi khas, gaya hidup, harga yang pantas.
Ragam obyek wisata Yogyakarta seluruhnya terdiri atas 31 obyek wisata budaya dan 19 obyek wisata alam. Dilihat dari wilayah pencapaiannya, obyek wisata di atas semuanya terbagi dalam tujuh zona, yaitu :
Zona 1 Wilayah Sleman Utara di daerah lereng Gunung Merapi
Obyek Wisata Wisata alam dan pegunungan
Hutan wisata Kaliurang, bumi perkemahan, tempat pendakian
Bebeng, pemandian, taman rekreasi anak-anak
Zona 2 Wilayah Sleman bagian Timur dan Gunungkidul bagian Utara
Obyek Wisata Wisata peninggalan purbakala
Candi-candi (Hindu dan Budha); situs purbakala
Atraksi Sendratari ramayana
Zona 3 Wilayah (sebagian) Kabupaten Bantul dan (sebagian) Kabupaten Gunungkidul
Obyek Wisata Wisata pendidikan dan alam pantai
Hutan Wanagama, Hutan Rancang Kencono, Goa Ngglanggeran,
Pantai Baron-Kukup-Krakal, Pantai Wediombo
Zona 4 Wilayah (sebagian) Kabupaten Bantul
Obyek Wisata Wisata rekreasi dan budaya di pantai
Pantai Parangtritis, Goa Langse
Atraksi Upacara Adat Kraton Yogyakarta (insidental)
Zona 5 Wilayah Kabupaten Kulonprogo bagian Selatan dan (sebagian) Kabupaten Bantul
Obyek Wisata Wisata budaya, alam pantai, olahraga pantai
Pantai Congot, Pantai Glagah, Pantai Samas, Goa Selarong
Zona 6 Wilayah Kabupaten Kulonprogo bagian barat
Obyek Wisata Wisata ala, dan spritual
Goa Kiskendo, Sendangsono, Pegunungan Samigaluh,
Pegunungan Kalibawang
Zona 7 Wilayah Kotamadya Yogyakarta dan sekitarnya
Obyek Wisata Wisata budaya
Pantai Congot, Pantai Glagah, Pantai Samas, Goa Selarong

Secara lebih terperinci, obyek-obyek tersebut digolongkan dalam tiga kategori, (1) Obyek Wisata Alam, yang berupa obyek wisata pantai, pegunungan, dan goa, (2) Obyek Wisata Sejarah, yang berupa peninggalan sejarah kerajaan, petilasan, pemakaman, candi, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, Kraton Yogyakarta, Tamansari (Water Castle); Makam Imogiri (makam raja-raja Mataram); Candi Prambanan, Candi Kalasan, Petilasan Ratu Boko, dan lain-lain, (3) Obyek Wisata Budaya, yaitu berupa obyek budaya publik yang sampai kini masih terpelihara, baik yang berujud kesenian maupun adat istiadat, seperti Sendratari Ramayana, Wayang Kulit, Wayang Golek, Sekaten, Grebeg Maulud, Grebeg Syawal, Grebeg Besar, dan Labuhan.
Di samping itu ada beberapa potensi obyek wisata yang masih dalam pengembangan yang tersebar di setiap Dati II, yaitu :

Obyek Wisata Alam
Kabupaten Bantul
Goa Selarong, Pantai Pandansimo, Pantai Pandanpayung, Pantai Samas, Gunung Pasirlanang, Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Parangwedang.
Kabupaten Kulonprogo
Goa Kiskendo, Pegunungan Samigaluh, Gunung Gajah, Sendangsono, Pantai Congot, Pantai Pasir Mendit, Pantai Dukuh Bayeman, Pantai Palihan, Pantai Glagah, Pantai Dukuh Trukan, Pantai Pandan Segegek
Kabupaten Gunungkidul
Goa Girijati, Goa Langse, Goa Grengseng, Goa Ngluaran, Goa Parang Kencono, Pemandangan Ereng, Gunung Batur, Gunung Gambar, Lokasi Olahraga Layang Gantung (bukit Kecamatan Pathuk dan Kecamatan Panggang); Hutan pendidikan Wabagama, Hutan Bunder, Pantai Langkap, Pantai Butuh, pantai Baron, Pantai Slili, Pantai Krakal, Pantai Sungap, Pantai Wediombo, Pantai Sadeng, Pantai Ngongap
Kabupaten Sleman
Lereng Gunung Merapi

Obyek Wisata Buatan
Kotamadya Yogyakarta
Benteng Vrederburg, peninggalan-peninggalan kraton seperti Panggung Krapyak, Kraton Pakualaman, Makam Kotagede
Kabupaten Bantul
Makam Imogiri
Kabupaten Gunungkidul
Situs Sokoliman, Situs Mangunan, Situs Beji, Situs Ngluweng, Candirejo, Candi Risan
Kabupaten Sleman
Candi Gebang, Candi Sambisari, Candi Banyunibo, Petilasan Ratu Boko, Candisari Sokogedhug, Candi Ijo, Candi Prambanan, Candi Kalasan

Kesenian dan Tradisi
Kotamadya Yogyakarta
Wayang kulit, wayang golek, wayang klitik, wayang wong, kesenian tari, tari klasik, tari modern, seni Tayub, Ketoprak, Serandul, upacara siraman pusaka kraton, upacara Sekaten, kuda lumping
Kabupaten Bantul
Obyek wisata kesenian dan tradisi
Jathilan, Gejok Lesung, Kethoprak, upacara Rebo Wekasan, upacara Kupatan Jolosutro, upacara labuhan
Kabupaten Kulonprogo
Upacara adat Labuhan (oleh keluarga Pakualaman)
Kabupaten Gunungkidul
Jathilan, Gejog Lesung, Reyok, Kethoprak, Upacara Rebo Wekasan, upacara Kupaten Jolosutro, upacara Labuhan, upacara Bersih Telaga
Kabupaten Sleman
Kesenian Angguk, Jathilan, Badui, Wayang Kulit

Peninggalan Sejarah Perjuangan dan Monumen
Petilasan Sunan Kalijogo, Petilasan Ki Ageng Pemanahan, Monumen Gelaran, Monumen Stasiun Radio AURI, Rute Gerilya Jendral Sudirman, Makam Nyi Ageng Serang, Makam Girigondo, Monumen Yogya Kembali.

Museum
Museum Sonobudoyo, Museum Pangeran Diponegoro Wirotomo, Museum Angkatan Darat, Museum Perjuangan, Museum Biologi UGM, Museum Khusus Dirgantara, Museum Dewantoro Kirti Griya, Museum Affandi, Museum Kraton, Benteng Vrederburg.


SELAMAT DATANG DI PARIWISATA PROVINSI PAPUA
Potensi pariwisata yang dimiliki provinsi ini hampir terlengkap di Indonesia. Alam yang dimilikinya masih asli, budaya yang khas dan unik, minat khusus bahari yang tak kalah menarik dengan daerah lain diIndonesia bahkan mancanegara sekalipun. Semuanya ini belum disentuh bahkan ditata untuk menjadi obyek dan daya tarik wisata unggulan bagi kunjungan wisatawan, terutama salju abadi di pegunungan tengah dan taman Nasional Lorentz yang luasnya mencapai 2.505.600 ha. Kawasan ini merupakan kawasan konservasi terluas di Asia tenggara, berada pada ketinggian 0-4.884 m dpl dan tersebar di 4 Kabupaten, Yaitu : Kabupaten Jayawijaya, Mimika, Puncak Jaya dan Asmat. Taman Nasional Lorentz bukanlah kawasan konservasi biasa seperti kawasan lainny melainkan pada tanggal 12 Desember 1999 PBB melalui United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) secara resmi menetapkannya sebagai situs alama warisan dunia yang memiliki kurang lebih 43 jenis ekosistem, kawasan Daerah Tropis yang memiliki gletser ( Puncak cartenz) dan danau Habema yang menakjudkan, dihiasi padang rumput alpin dan rawa-rawa.

Masih ada lagi Taman Nasional Wasur di Merauke dengan berbagai spesies mamalia, Taman Nasional Teluk cenderawasih dengan berbagai biota laut dan karang yang indah serta tidak ketinggalan pula potensi budaya yang biasanya ditampilkan pada Festival Lembah Baliem dan Asmat serta kegiatan pariwisata lainnya berupa Trekking, Hiking, Hunting dan Adventuring.


TRANSPORTASI

* Transportasi Udara
Di Papua terdapat ratusan landasan udara, hampir semua Kabupaten mempunyai landasan udara. Landasan udara yang besar adalah Frans Kaisepo di Biak, Sentani di Jayapura, Timika dan Merauke dapat di singgahi pesawat Besar seperti Jumbo jet,Boing 737 dan DC 19 dari Jakarta,Surabaya,Makasar dengan maskapai penerbanagan Garuda Indonesia Airline (GIA); Merpati Nusantara Airline (MNA), Air Efata, Batavia Air,Express Air dan Trigana Air. Untuk Kabupaten Lain dengan landasan udara ang lebih kecil dilayani oleh maskapai penerbangan Merpati Nusantara Airline (MNA) da Trigana Air dengan pesawat seperti Twin otter Cessna.

* Transportasi Laut
Terdapat Pelabuhan laut dibeberapa Kabupaten, yaitu Jayapura, Biak, Yapen,nabire,Merauke,TImika, Agats dan Sorong, yang disinggahi beberapa kapal diantaranya :
KM Dorolonda yang berlayar dari Surabaya, Makassar, Kupang, Ambonm Fakfak, Sorong, Manokwari, Jayapura
KM Nggapulu yang berlaar dari Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Pantolan, Bitung, Ternate, Sorong,Manokwari,Nabire, Serui,Biak dan Jayapura
KM Labobar yang berlayar dari Batam, Jakarta, Surabaya, Makassar, Sorong, Manokwari,Nabire dan Jayapura.
KM Sinabung yang berlayar dari Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar,Bau-bau,Banggai, Bitung, Ternate, Sorong, Manokwari,Biak, Serui, Jayapura.

* Transportasi Darat
Terdapat kendaraan umum, carteran dan di semua Kabupaten di Papua terdapat alan yang menghubungkan Kecamatan, Desa dan Kota



IFORMASI LAIN
* Visa /Passport
Ada sekitar 45 negara yang tidak membutuhkan visa untuk kedatangan ke Indonesia selama 60 hari. Negara-negara itu diantarana Argentina, Australia, Austria, Belgia, Brasil, Brunei, Kanada, Chili, Denmark, Mesir, finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongaria,Iceland, Italia, Jepang, Kuwait, Malasia, Meksiko, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Philipina, Arab, Singapura, Korea, Spanyol, Swedia, Swiss, Taiwan, Thailand, Turki, Amerika, Inggris dan Venezuela. Sangat penting untuk memerikasa passport sebelum datang di Indonesia. Pastikan passport anda masih berlaku minimal 6 bulan dari tanggal kedatangan. Untuk kepentingan keamanan anda harus membuat foto copy semua berkas seperti passport,visa, kartu-kartu identitas diri yang lain serta pisahkan dari yang asli untuk menjaga kemungkinan hilang.

* Pakaian
Sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai cuaca panas dan lembab, baju kasual yang menyerap keringat sangat disarankan untuk dikenakan. Didaerah Wamena (Lembah Baliem ) Kabupaten Jayawijaya suhu agak rendah sehingga anda perlu membawa baju hangat. Keadaan cuaca di Papua tidak menentu, kadang hujan kadang panas, karena itu sebaiknya anda membawa payung atau jas hujan. Selain itu anda juga perlu menggunakan sepatu yang bagus untuk melakukan perjalanan,obat namuk, kelambu dan obat anti malaria.

* Pabean
Aturan standart dalam membawa rokok dan minuman keras adalah 2 literminuman berakohol yang resmi. 200 batang cerutu / rokok, 100 gram tembakau. Pemerintah Indonesia melarang keras peredaran Narkotika, obat-obat terlarang,minuman keras, pornografi dan judi. Jika ada yang memakai atau melanggar ketentuan pemerintah mengenai hal-hal diatas akan di proses secara hukum yang berlaku di Indonesia.

* Surat Jalan
Untuk berkunjung ke daerah-daerah pedalaman dan kota-kota lain di luar Biak, Jayapura dan Sorong dibutuhkan Surat Jalan, yang biasa disingkat "SKJ" yang berisi informasi seperti nomor passport, pas photo, dan nama kota/ tempat-tempat ang akan anda kunjungi. SKJ bisa diperoleh di Kantor Polisi Biak,Jayapura, dan Sorong. Anda juga disarankan membuat beberapa fotocopy setelah SKJ diterima karena untuk mengunjungi tempat-tempat tujuan anda, harus memperlihatkan SKJ dan Passport kepada petugas kepolisian setempat.

* Zona Waktu
Papua terletak di bagian paling timur Indonesia, waktu yang berlaku disini adalah WIT ( waktu Indonesi Timur ) dengan selisish 9 jam dari waktu Greewich

* Perbankan,Kurs dan Jam Kerja
Sebagian Kantor dan Bank buka jam 8.00 WIT sampai jam 15.00 WIT. Disemua Kabupaten terdapat Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Papua. Sementara di semua ibukota Kabupaten induk ( Kota yang besar ) sudah ada Bank Mandiri, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Nasional Indonesi (BNI 46); Bank Central Asia (BCA) dan Bank Danamon yang sudah dilengkapi ATM ( Automatic Teller Machine ). Mata uang asing seperti US $, Aus $, Japanese Yen dan Euro dapat di tukar di bank-bank BNI,BII dan Bank Mandiri, selain itu kartu kredit juga bisa diterima di Hotel, Restoran dan Supermaket. Pecahan Uang yang beredar di Indonesia mulai dari uang logam Rp. 100,-, Rp. 200,-, RP. 500,-, Uang kertas Rp. 1000,-,Rp. 5000,-, Rp. 10.000,- , Rp.20.000,-, Rp.50.000,- dan Rp. 100.000,-

* Pos & Telekomunikasi
Pos dan Telekomunikasi di Papua sudah berkembang pesat, semua kabupaten telah mempunyai jaringan Pos dan Telepon. Televisi dan Radio juga telah menjangkau semua Kabupaten di Papua terutama ibukota kabupatennya. Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan acara lokal Papua dan juga berita nasional dan Internasional dari RRI Pusat di Jakarta.

Sumber Dinas Pariwisata Provinsi Papua

Sumber:

http://www.indonesia.go.id

TENTANG KOTA SOLO

19:58 Posted In Edit This 0 Comments »


Tentang Solo Raya
Solo Raya sebenarnya mengacu pada suatu wilayah yang dahulu dikenal dengan istilah Karesidenan Surakarta ( Eks karesidenan Surakarta ). Karesidenan adalah sebuah wilayah yang dipimpin oleh seorang residen pada masa penjajahan dulu. Dahulu ada Karesidenan Surakarta yang wilayahnya meliputi kota Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Wilayah Karesidenan ini serupa dengan wilayah Kerajaan Surakarta Hadiningrat. Keseluruhan wilayah ini menempati area seluas 5.722,38 km2.

Istilah Solo raya memang diciptakan untuk menggantikan istilah Subosukawonosraten. Subosukowonosraten adalah singkatan dari wilayah-wilayah yang tergabung yaitu. surakarta,boyoali, sukoharjo, Karang Anyar, Wonogiri sragen. Klaten.

Solo Raya memiliki Slogan Solo Spirit of Java. Dengan Slogan itu Solo raya ingin menegakkaan kembali semangat adi luhung budaya jawa dalam pembangunan wilayah.

Letak Wilayah Solo Raya sagat strategis karena Solo terletak tidak jauh dari pusat–pusat perdagangan utama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Solo terletak hanya 102 km dari Semarang, 60 km dari Yogyakarta dan sekitar 210 km dari Surabaya. Ketiga kota bersar tersebut dapat dijangkau dengan mudah dari Solo karena jalan dan lintasan dalam kondisi baik.

Pembangunan di wilayah Solo Raya berusaha mengedepankan pengembangan klaster intensif, seperti klaster logam dan furnitur di Klaten, klaster susu di Boyolali dan klaster tekstil di Sukoharjo. Produk–produk dengan potensi tertinggi di wilayah ini berada dalam sektor tekstil dan furnitur. Banyak perusahaan di Solo Raya telah merintis usaha ekspor sejak lama didukung tenaga kerja yang berpendidikan tinggi dan terampil di wilayah ini.

Di Solo Raya terdapat beragam obyek wisata yang menarik. Keberadaan Keraton Surakarta sekaligus pusat pengembangan budaya jawa pada masa lalu menjadikan Solo raya Kota yang kaya akan objek iwsata budaya. Selain itu ada juga Situs Sangiran yang merupakan situs jaman prasejarah. Situs Sangiran yang secara resmi dicanangkan sebagai UN World Heritage, Warisan Budaya Dunia dari PBB. Sedangkan potensi wisata alam yang indah dan eksotik adalah tawangmangu.

Potensi–potensi utama yang menarik untuk dijadikan usaha di wilayah Solo Raya antara lain adalah: Agro processing, furnitur, tekstil, pariwisata.

Sejarah Kota Solo
Solo sebenarnya adalah nama sebuah desa yang terletak di tepi sungai Bengawan Solo. Desa itu dinamai sesuai dengan nama pemimpin desa itu yang bernama Kyai Solo. Desa Solo dipilih oleh Paku Buwono II untuk membangun sebuah pusat pemerintahan baru bagi Kerajaan Mataram islam.

Pada tahun 1742 orang-orang keturunan cina yang merasa tidak suka pada kebijakan Paku Buwono II, Raja mataram Islam yang bertahta di Kartasura. Paku Buwono II dinilai terlalu dekat dengan Penjajah Belanda melakukan pemberontakan. Pemberontakan yang dipinpin oleh Raden Mas Garendi ini dikenal juga dengan Pemberontakan Sunan Kuning. Para pemberontak itu berhasil mengusir Paku Buwono II dari istananya yang pada saat itu berada di Kartasura. Paku Buowno II terpaksa mengungsi ke Ponorogo ( jawa Timur ).

Berkat bantuan Belanda dan Pangeran Mangkubumi akhirnya kaum pemberontak berhasil dikalahkan. Namun Istana telah dirusak dan dijarah oleh para pemberontak. Karena dinilai sudah tidak layak lagi sebagai pusat pemerintahan maka diputuskan untuk mencari lokasi baru sebagai pengganti. Sebenarnya ada beberapa pilihan tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya dipilihlah desa Desa Solo.

Pada tanggal 17 tahun 1745 Paku Buwono II boyongan ke Desa Solo untuk menempati Istananya yang baru. Dan mulai saat itu Desa Solo berkembang pesat sebagai pusat pemerintahan kerajaan Mataram Islam. Untuk mengenang peristiwa boyongan keraton yang juga menjai tongak penting bagi tongak sejarah kota Solo maka tanggal 17 februari di jadi sebagai hari jadi kota surakarta.

Namun sebagai imbal jasa dari bantuan tersebut pada tahun 1755 di buatlah Perjanjian Giyanti yang membuat kerajaan Mataram islam pecah menjadi Kerajaaan Surakarta dengan raja Paku Buwono II dan kerajaan Yogyakarta dengan Pangeran Mangkubumi sebagai raja bergelar Hamengku Buwono.

Serangan Umum di Solo

Tahukah anda apa yang terjadi di Kota Solo pada tanggal 7 Agustus tahun 1949?

Pada hari tersebut Tentara Nasional Indonesia (TNI) melancarkan serangan umum.

Selain melakukan serangan terhadap kota Yogyakarta, TNI juga melancarkan serangan umum terhadap kota Solo. Serangan itu dilancarkan menjelang diberlakukan perintah penghentian tembak-menembak antara RI dan Belanda. Tanggal 3 Agustus Agustus 1945 tercapai persetujuan antara pemerintah RI dan pihak Belanda mengenai penghentian permusuhan, pelaksanaan cease fire harus sudah berlaku tanggal 11 Agustus 1949.
Serangan Umum terhadap kota Solo dilakukan dalam dua gelombang. Gelombang pertama tanggal 7 sampai 9 Agustus 1949. Puncak dari serangan tersebut adalah tanggal 10 Agustus 1949, sesuai dengan perintah Letnan Kolonel Slamet Riyadi selaku Komandan Brigade 5 Divisi II, selaku Komandan Pertempuran Panembahan Senopati. Pasukan TNI dalam penyerangan ke kota Solo menembak semua obyek musuh. Tanggal 10 Agustus 1949 adalah penyerangan besar-besaran dilakukan TNI, serangan ini diawali jam 06.00 dan selanjutnya pukul 24.00 semua gerakan militer dihentikan sesuai Instruksi Presiden/Panglima Tertinggi APRI. Serangan ini bukan bertujuan merebut kota Solo, melainkan membuktikan kepada musuh bahwa TNI masih kuat.
Untuk menghargai dan mengenang kepahlawanan Kolonel Slamet Riyadi jalan utama di kota Solo diberi nama pahlawan nasional tersebut.

Pasar Antik Triwindu
Pasar antik Triwindu menjadi salah satu keharusan untuk dikunjungi para tamu yang datang ke kota Solo, selain pasar Klewer yang terkenal dengan batiknya. Pasar Triwindu merupakan “thrift market” yang unik, dengan menjual berbagai barang-barang kuno dan memoribilia, membawa kita kepada kehidupan pada masa lalu.

Lorong-lorong sempit, namun bersih, kios-kios yang dipenuhi berbagai macam barang kuno maupun barang-barang buatan baru memenuhi etalase dan space di setiap kios yang berada di kawasan itu. Para pedagang duduk di “dingklik” (kursi kecil yang pendek) menanti pembeli di depan kiosnya, sambil bercerita dan bersenda gurau dengan pemilik kios yang lain. Kadang kala terdengar tawa canda, kadang pula saling menanyakan tentang penjualan pada hari itu, sembari sekali-kali menawarkan kepada tamu yang melewati kios mereka. Berburu barang-barang kuno, dari koin lama sampai pada gelas kristal di sana merupakan hal yang sungguh menyenangkan, walaupun komplek pasar tidaklah besar.

Pasar ini adalah hadiah ulang tahun yang kedua puluh empat dari GRAy. Nurul Khamaril, puteri Mangkunegoro VII. Selain nama Triwindu (Tri= tiga ; Windu= delapan), pasar ini juga di kenal dengan nama pasar Windu Jenar.Namun pasar triwindu yang terkesan unik itu, karena perpaduan antara barang antik, vintage dengan onderdil motor/mobil, juga alat-alat pertukangan dan pertanian. Mereka mempunyai blok tersendiri untuk ketiga jenis barang tersebut di atas. Pasar Triwindu termasuk salah satu aset budaya di kota Solo.


Namun dalam waktu yang dekat, pemerintah kota Solo merasa urgent dan perlu untuk merombak pasar tersebut secara total dengan tujuan untuk kenyamanan pengunjung. Ada kemungkinan lorong-lorong hunting akan dihilangkan, kios-kios dari kayu juga lenyap, lantai semen akan digantikan oleh keramik modern, daun jendela lebar dari kayu yang mempunyai dwi fungsi, baik sebagai penutup jendela dan payon akan digantikan oleh plafon. Semua akan berubah. Ambience pasar antik tradisional akan segera sirna. Suasana adem dan rindang karena payon-payon yang menjadi tudung dari sengatan matahari siang, cahaya-cahaya terobosan di dalam kios-kios hanya akan menjadi kenangan para pengunjung setia pasar tersebut. Modernisasi akan merambah dan menggantikan suasana pasar jaman dahulu.

Pasar Triwindu harus mengalah dan menyerah pada era modernisasi pembangunan di kota Solo pada tahun 2008. Yang tertinggal dari masa lalu hanyalah namanya saja. Berbagai pro dan kontra, juga keresahan para pedagang disana tercermin pada hari-hari menjelang hari H dimana mereka diinstruksikan untuk pindah sementara ke bedeng-bedeng darurat yang disediakan oleh pemerintah kota Surakarta. Suasana pasar terasa tegang, tidak seperti hari-hari sebelum tercetusnya ide perombakan total. Wajah-wajah suram dan bingung menyelimuti mereka. Tidak lagi terdengar suara-suara ramah yang menawarkan barang-barang mereka, hanya ada resah dan khawatir yang tercermin di setiap pedagang di sana. Mereka hanya mampu menempel poster-poster tulisan tangan di dinding-dinding sebagai tanda protes, pembicaraan dan keluh kesah diantara mereka, spanduk yang direntangkan dipinggir jalan salah satu gapura. Segala usaha yang dilakukan tidak meluluhkan hati para pembesar di Solo untuk merevisi rencana ini, terkesan mereka berteriak, namun tidak ada suara yang keluar dari kerongkongan dalam menyuarakan keresahan ini.

Warisan masa lalu oleh orang tua mereka disana segera akan terhapus oleh masa depan yang belum diketahui. Satu lagi heritage yang hilang di terpa jaman. Namun para pakar sejarah dan budayawan Surakarta belum juga bersuara dalam mengemukakan pendapat mereka, seperti pada saat rencana pembangunan pasar Gede di Solo, ataupun wacana merombak pasar Klewer selayaknya mall. Pasar Triwindu seakan tidak mampu meneruskan keresahan penghuninya kepada para pakar dan pemerhati di Solo. Akhirnya, di waktu yang singkat harus menyerah terhadap pemusnahan warisan aset budaya, cermin pasar tradisional dengan dalih penyempurnaan dan peningkatan kenyamanan bagi pedagang dan pengunjung. Saatnya mengucapkan salam selamat tinggal kepada lorong-lorong, jendela dwi fungsi, payon-payon, pintu-pintu kayu, lantai semen dan suasana adem dan “rindang”, cahaya terobosan yang menyinari kios-kios.

Langen Bogan

Banyak yang bilang, orang Solo itu terkenal keplek ilat alias suka makan enak dan kritis terhadap rasa makanan. Maka tak heran, banyak jajanan enak yang ada di Solo, jangan terlalu pusing dengan harganya, karena kebanyakan jajanan di Solo murah dan terjangkau. Warung-warung kaki lima yang terlihat biasa sekalipun bisa mempunyai nama yang cukup melegenda dan selalu dikangeni oleh pelanggannya, bahkan hingga beberapa generasi. Misalnya seperti, Gudeg Ceker Margoyudan, Tengkleng Pasar Klewer, Sate Kéré Yu Rebi, Bakmi Toprak Yu Nani, Warung Bakmi Pak Dul, Bestik Harjo, dan masih banyak lagi.

Menariknya, saat ini tambah satu lagi pusat jajanan di Solo, namanya Langen Bogan. Letaknya persis di sebelah timur bundaran Gladag. Tempat itu sebenarnya adalah jalan umum, tapi pada malam hari jalan tersebut sepi pelintas. Dan sekarang jalan itu justru bisa disulap menjadi salah satu tempat keramaian baru oleh Pemkot Solo. Konsepnya memang meniru Kya Kya di Surabaya dan Warung Semawis di Semarang, yang menutup jalan umum di malam hari, dan mengubahnya menjadi tempat wisata kuliner.

Warung-warung legendaris yang disebutkan di atas tadi juga membukan cabangnya di Langen Bogan. Tapi tak hanya itu, jenis makanan lain yang bukan khas Solo pun tersedia di sini, seperti kebab, steak, nasi kabuli, dan seafood. Menu minuman yang ditawarkan juga beragam, misalnya dawet Pasar Gede, gempol pleret, wedang dongo, wedang jahe, kopi, dan lainnya. Jadi, tempat ini bisa disebut sebagai one stop ‘culinary’ service alias tempat pelayanan keplek ilat di satu tempat, hehe. Langen Bogan beroperasi mulai dari pukul 5 sore hingga sekitar pukul 12 malam.

Ditengah jalan ditata kursi-kursi beratapkan payung, jumlahnya masih belum mencukupi, sehingga saat sedang ramai, seperti pada akhir minggu, banyak pengunjung yang tidak kebagian kursi. Tapi tak perlu resah, karena beberapa pedagang juga menyediakan tikar bagi pelanggannya untuk lesehan.

Disperindag Kota Solo sudah menyediakan gerobak stainless steel bagi semua pedagang. Setiap pedagang juga sudah mendapatkan aliran air bersih, jadi pengunjung tidak perlu takut dengan kebersihannya.

Menurut Walikota Solo, yang akrab disapa Jokowi, selain Langen Bogan, tahun ini juga akan dibangun kawasan wisata kuliner baru di sepanjang Jalan Diponegoro di depan Pura Mangkunegaran. Bedanya, wisata kuliner di Jalan Diponegoro lebih diperuntukkan bagi pedagang-pedagang pemula yang baru akan memulai usahanya.

Jadi tunggu apa lagi, kami tunggu Anda di Solo untuk keplek ilat bersama, menikmati sajian-sajian yang ada. Monggo pinarak…

Sumber:
http://wisatasolojogja.com/?cat=63

DIRGAHAYU RI KE 64

21:12 Posted In Edit This 0 Comments »


MERDEKA!!!!!!!!!!!!!
Selama 64 tahun kita sudah merasakan kemerdekaan dan menikmatinya...mungkin juga memeliharanya...tapi tak semaksimal mungkin. Masayarakatpun kini sudah tidak terlalu menyambut hari kemerdekaan RI ini, pada malam tirakatan di sejumlah tempat tak terlihat antusias yang besar dari masayarakat. Mengadakan malam tirakatan seolah hanya untuk rutinitas tanpa bisa memaknainya.
Sekedar ala kadarnya acara demi acara di mulai, bahkan banyak masyarakat yang memilih berlibur daripada harus duduk tenang dan mengenang perjuanagan para pahlawan hingga Indonesia mencapai kemerdekaan'nya. Bahkan tak sedikit pula masyarakat Indonesia yang menganggap jika kemerdekaan Indonesia ini hanya sebuah pemberian dari penjajah dan sewaktu-waktu pemberian itu bisa di minta lagi. Yang lebih parahnya masih banyak masyarakat Indonesia yang sering salah mengucapkan nama Bangsanya sendiri mereka sering mengucapkan "INDONESA".....hehehehehehehee.....entah karna lidah masyarakat yang terlalu cepat mengucapkannya atau memang nama Bangsa ini sudah di ganti seperti itu??? :D
Apalagi jika kita sejenak membaca berita, bahwa tak ada satu orangpun mantan Presiden RI yang mau ikut Upacara di Istana Negara...huh.....serasa ingin menonjok muka para pejabat elit itu. Dimana rasa nasionalisme mereka? Kala kampanye saja menggebu-gebu meneriakan "NASIONALISME" haaahhhh....omong kosong doank!!
Yang satunya tidak bisa menerima kekalahan pilpres,yang satunya dendam,dan laen-laen.... Banyak alasan untuk mengelabuhi publik...tapi apakah mereka sadar bahwa nasionalisme tidak bisa di gantikan...dengan apapun juga...
Lalu bagaimana tentang tanggapan yang mengatakan "INDONESIA BELUM MERDEKA KARNA MASIH BANYAK KEMISKINAN YANG TERJADI"...jadi selama ini banyak orang yang berpikir begitu??
Kalau menurut saya tidak begitu, Indonesia memang sudah merdeka...dari dulu...dan itu tidak akan pernah berubah oleh apapun juga baik kemiskinan atau apapun...karna kemiskinan,pengangguran itu adalah tanggung jawab hidup masing-masing seseorang terhadap dirinya sendiri... Lalu mempersalahkan dan mungkin mencari-cari keslahan orang-orang yang sukses dalam hidupnya.. Negara memang bertanggung jawab tentang kemakmuran Rakyatnya, namun tidak terlalu sepesifik itu. karna sebenarnya lapangan pekerjaan juga sudah banyak, hampir tiap hari lowongan pekerjaan banyak tersebar...tapi mengapa masih banyak kemiskinan?bukankah itu karna kemalasan yang di punya masing-masing individu?
Seperti masyarakat menuntut sekolah gratis...tis...tis...Lalu mereka pikir semua itu dana dari siapa bila mereka saja malas-malasan dan mengganggur sehingga tidak bisa membayar pajak...
Hey.....kemerdekaan sudah ada di tangan kita dari dulu...kenapa kita hanya diam?sementara pahlawan kita dulu berkorban apapun demi kata "MERDEKA"...
Mari kita sama-sama menjaga kemerdekaan ini dari penjajah moral dan budaya...jangan kita setengah-setengah mempertahankan budaya kita sementara kita juga mau mengikuti dan menerapkan budaya asing di Indonesia....
Jangan hanya mebebankan tanggung jawab di bahu pemerintahan...bukankah kemerdekaan di nikmati setiap orang?
Mari kita menjaga kemerdekaan di tangan kita masing-masing........
Sekali lagi MERDEKAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!

NASIONALISME

23:33 Posted In Edit This 0 Comments »

TENTANG NASIONALISME INDONESIA

DALAM konteks gerak finansial kapital dalam skala mondial, atau dalam istilah sekarang lebih dikenal sebagai globalisasi, pembicaraan ten-tang masalah nasionalisme seakan sudah menjadi barang usang. 

Mungkin tepat seperti dilukiskan ilmuwan politik yang mengatakan one's imagined community is another one's prison dalam kritiknya terhadap gagasan masyhur Benedict Anderson imagined community yang gemar dirujuk banyak intelektual Indonesia kini. Dan pernyataan itu tampaknya menjadi amat relevan dalam kaitan dengan meningkatnya gerakan separatisme dan konflik etnis di Indonesia kini. 
Kenyataan lain menunjukkan, untuk bertahan hidup, para TKI tampaknya tidak terlalu pusing tentang makna nasionalisme seperti digembar-gemborkan para penguasa negeri ini. Tidak dapat dimungkiri, bila hanya sekadar dilihat kondisi obyektif pergaulan sosial manusia dan perkembangan ekonomi abad ke-21, gagasan nasionalisme menjadi suatu pokok masalah yang sering kontradiktif. Dalam renungan tentang kemerdekaan Republik Indonesia kini, tulisan ini mencoba memahami relevansi gagasan nasionalisme dalam kaitan dengan aspek-aspek kesejarahan orang Indonesia. 


IDENTITAS?
Gagasan nasionalisme yang berkembang di Indonesia seharusnya tidak dipahami hanya dari sudut perkembangan obyektif semata, tetapi juga dalam ruang politik pembentukan negara republik dan kebutuhan survival sebuah negara baru dalam pergaulan internasional. Tidak dapat dimungkiri, saat terbentuk republik bernama Indonesia, konteks sejarah saat itu menunjukkan beragamnya pikiran dan ideologi manusia Indonesia yang mengambil inspirasi dari gagasan-gagasan religius atau sekuler. Selain itu, kekuatan-kekuatan politik yang ada juga mengusung beragam faham seperti sosialisme, Islam, marhaenisme, dan komunisme, termasuk kelompok-kelompok etnis dan keturunan Tionghoa dan Arab. Situasinya bisa dibayangkan seperti keramaian pasar malam yang menawarkan beragam faham, kepentingan, dan gagasan. 
Untuk mempermudah, kita bisa menyebutkan, keragaman itu tidak menghalangi lahirnya kesepakatan bersama membangun suatu negara baru berbentuk republik. Tidak mengherankan bila struktur birokrasi negara yang terbentuk mengambil alih begitu saja struktur negara kolonial. Tetapi, yang jelas, ia bukan replikasi birokrasi kerajaan atau tradisi kesukuan di Indonesia. 
Republik Indonesia dibentuk dari institusi yang dilahirkan masyarakat modern. Dengan demikian, bisa disimpulkan, sejarah pembentukan republik tidak menunjukkan keberadaan suatu gagasan nasionalisme Indonesia dalam arti bulat dan utuh. Bukan berarti Sumpah Pemuda tahun 1928 tidak berarti, tetapi makna Indonesia memiliki arti berbeda ketika negara republik dibentuk, dibanding saat pertama kali gagasan itu diikrarkan. 
Dalam perkembangannya, nasionalisme Indonesia bisa dimengerti dalam konteks internasional saat awal perang dingin. Doktrin Truman mulai diterapkan untuk menghadapi laju komunisme di Eropa, garis komintern dan doktrin Zdanov dalam kaitan dengan gerakan-gerakan radikal di dunia ketiga dan lahirnya negara-negara baru di Asia dan Afrika memasuki dekade tahun 1950-an dan tahun 1960-an. 
Perlu disebutkan juga teori tiga dunia yang dipelopori Mao Tse Tung dan Chou En Lai yang membagi kondisi politik internasional dalam blok Barat di bawah Amerika Serikat, blok Timur di bawah Uni Soviet saat itu, dan negara-negara dunia ketiga yang baru merdeka. Cetusannya dalam konteks historis adalah Konferensi Asia-Afrika dan lahirnya gagasan Non-Blok yang menjadi kekuatan baru di dunia. 
Kesimpulannya, Indonesia sebagai imagined community terbentuk dari kesadaran politik orang-orang Indonesia saat itu dalam membangun republik baru dan pertarungan dalam politik internasional. Presiden pertama RI Soekarno tidak pernah terlalu pusing membahas apa itu nasionalisme Indonesia. Ia adalah seorang romantik yang mencintai rakyatnya dan mengagumi keragaman budaya Nusantara. Ia tidak merasa tidak Indonesia meski lebih akrab berbahasa Belanda atau Jawa dengan kolega, sahabat, atau saat berpidato di depan massa. 
Artinya, para elite politik saat itu tidak mempersoalkan makna nasionalisme dalam konteks identitas seperti yang kini dibayangkan. Seorang antropolog Amerika, James Siegel, menggambarkan ilustrasi menarik tentang tokoh Tan Malaka yang dengan mudah berganti-ganti identitas menjadi orang Tionghoa, Filipina, Melayu, atau petani Jawa. Mungkin orang yang paling romantis saat itu, dalam kaitan dengan nasionalisme Indonesia, adalah Mohammad Yamin yang mencari jejak sejarah seribu tahun Indonesia yang sudah barang tentu hanya sekadar imajinasi. Nasionalisme lebih merupakan gagasan yang menjadi medium komunikasi politik antara penguasa dan rakyat. 


NEGARA
Situasi ini berbeda ketika Orde Baru berkuasa. Struktur politik yang elitis, birokratis, teknokratis menjauhkan rezim itu dengan kehidupan kebanyakan orang. Selain itu, utang budi dan ketergantungan pada bantuan asing yang memapankan politik otoriter membuat rezim itu memiliki mimpi buruk dengan identitasnya. 
Dalam kondisi itulah gagasan nasionalisme sebagai identitas bagi orang Indonesia mulai ditumbuhkan. Sebuah identitas yang diproduksi dan diberikan oleh negara kepada warga negaranya. Penguasa menggalinya dari "puncak-puncak kebudayaan daerah" atau tradisi-tradisi yang awalnya ditinggalkan para pendiri Republik ini. 
Dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, orang Indonesia belajar tentang nasionalisme mulai dari PSPB, PMP, P4, dan lainnya. Tidak ketinggalan pengeramatan "benda-benda pusaka" seperti bendera dan atribut negara, juga baris-berbaris dan upacara rutin. Termasuk juga pembentukan lembaga bahasa yang mengajarkan cara berbahasa yang baik dan benar meski kebanyakan pejabat tinggi saat itu tidak mampu berbicara baik dan benar. Namun, pada sisi lain, pemerintahan Orde Baru juga menumbuhkan sikap rasial yang amat kasar dalam kebijakan-kebijakannya, yang tidak terpikir oleh para peletak dasar negara Republik ini. 
Dengan demikian, gagasan-gagasan nasionalisme yang kini berkembang adalah gagasan yang lahir dari pemerintahan yang dihinggapi rasa panik terhadap identitas dan legitimasi mereka di hadapan rakyatnya, selain pemerintahan yang tidak memiliki rasa percaya diri. Tidak mengherankan bagi para intelektual sekarang, pembahasan tentang nasionalisme sering ditanggapi sinis dan skeptis karena gagasan itu tidak lain dari penjelmaan kekuasaan otoriter, dikeramatkan melebihi kitab suci. 
Peristiwa belakangan ini menunjukkan bukan berarti setelah pemerintahan Orde Baru runtuh, penyakit itu juga hilang. Ilustrasi paling menonjol adalah saat wakil rakyat di MPR mencetuskan istilah "pribumi" dalam salah satu keputusan penting. 
Dalam ulasan singkat tentang perkembangan sejarah ini, bisa dilihat dua pengertian tentang nasionalisme Indonesia. Pertama, dan masih berlaku sekarang, gagasan nasionalisme Indonesia yang keramat yang diciptakan negara otoriter, dengan obsesi pada identitas diri (baca: negara). Gagasan yang ada mutlak dan utuh dengan definisi yang jelas. Kedua, gagasan nasionalisme yang cair, dinamis, dan lebih berorientasi sebagai medium komunikasi politik antara penguasa dan rakyat dibanding sebuah identitas keindonesiaan. 
Mungkin keduanya sudah tidak relevan. Tetapi, adalah naif bila proses sejarah dipalingkan begitu saja dan mengabaikan realitas masyarakat Indonesia kini. Harapannya, generasi sekarang bisa lebih kreatif dan arif dalam memahami diri sebagai bagian imagined community bernama Indonesia. 

Oleh Andi Achdian

Andi Achdian Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekonomi Politik (LKEP) Jakarta

Sumber :

http://els.bappenas.go.id/upload/other/Tentang%20Nasionalisme%20Indonesia.htm

PENGANTAR

23:17 Edit This 0 Comments »

Selamat Datang di Blog ini...blog tentang Indonesia dan keindahan serta sejarah-sejarahnya... Blog ini hanya rangkuman atau lebih tepatnya kumpulan artikel-artikel tentang Indonesia yang di kumpulkan di sini tanpa menghilangkan atau melupakan sumbernya dan tanpa mengubah isi artikelnya itu sendiri. Sumber-sumber dari blog ini akan tertulis di bawah artikel dan bisa langsung di kunjungi. Dan blog ini hanya untuk menambah wawasan kita terhadap Indonesia dan tentunya menambah kecintaan kita terhadap Negara kita Indonesia ini.
Terimakasih.......

DOKUMEN PEMBERONTAKAN RMS DI MALUKU

23:09 Posted In Edit This 0 Comments »
Taken From Pikiran Rakyat On-line (www.pikiran-rakyat.com) edisi kamis 6-7 Juli 2000
Dokumen Pemberontakan RMS di Maluku

Oleh ACHMAD SETIYAJI

Bahwa perjuangan kemerdekaan Maluku lewat proklamasi Republik Maluku Selatan (RMS) itu tidak akan merugikan hak hidup bangsa manapun juga, termasuk pemerintah Belanda dan pemerintah RI... (Ketua Eksekutif "Missi Rakyat Maluku", D Sahalessy dalam suratnya kepada BJ Habibie dan Jenderal Wiranto).

KUTIPAN pernyataan di atas, merupakan materi surat resmi yang dikirim dari kantor 'pemerintahan pengasingan RMS' di De Klenckestraat 42, 9404 KW Assen-The Netherlands (telp 31592 352141), tertanggal 15 November 1998. Tembusan surat tersebut dikirimkan pula kepada Komnas HAM di Jakarta, Kementerian Luar Negeri Belanda di Den Haag, EIR-International di New York dan sejumlah instansi internasional terkait serta dewan mahasiswa di Indonesia.

Dokumen surat -- yang diungkap pula oleh mantan Kastaf Kodam VIII/Trikora Jayapura, Brigjen TNI (Purn) Rustam Kastor -- ini, secara jelas dan 'jantan' menyatakan keinginannya untuk pisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Misalnya, di awal suratnya, D Sahalessy menulis sbb:...Atas kewajiban kami selaku Ketua Pelaksana Missi Rakyat Maluku dan Pejuang Kemerdekaan yang mendambakan Kemerdekaan dan Kedaulatan Nusa dan Bangsa Maluku, kami hadapkan 'Surat Pergembalaan' ini kehadapan Bapak-bapak.

Demi ketergantungan hidup manusia kepada Tanah Airnya dan Masyarakat Adatnya masing-masing, maka Pancasila dan Undang-undang Dasar '45, antara lain menegaskan bahwa "kemerdekaan adalah hak setiap bangsa, maka setiap sistem penjajahan haruslah dihapuskan dari atas muka bumi, karena hal itu tidak sesuai dengan keadilan dan prikemanusiaan". Atas pernyataan ini, kami anjurkan agar Bapak-bapak menggarisbawahi "kekeliruan-kekeliruan" yang dilakukan Pemerintah RI dan ABRI di Maluku di luar sampaipun di tanah air Jawa sejak Juni 1950 hingga detik saat ini.

Yang cukup menarik untuk dicermati, surat yang disampaikan kepada pemerintah RI -- setahun sebelum terjadinya aksi pembantaian terhadap umat Islam di Kota Ambon, Idul Fitri, 19 Januari 1999 -- itu, juga mengajukan lima tuntutan yang mesti dipenuhi, yakni:

1. Agar tindakan-tindakan eksploitasi dan Jawanisasi di Maluku dan lain-lain kepulauan di luar tanah Jawa dihentikan,
2. Agar tulang-belulang dari putra-putri Maluku yang terbunuh selama invasi militer RI di Maluku (1950-1967) itu dapat dikumpulkan untuk dimakamkan dalam suatu Taman Makam Pahlawan,
3. Agar tulang-belulang dari Mr. Doktor Christian Soumokil (Bapak Kebangsaan dan Pahlawan Keadilan Maluku) yang dibunuh secara rahasia oleh ABRI di pengasingan pada tanggal 12 April 1966 itu dapatlah dikumpulkan untuk dimakamkan di Maluku Tanah Air kami,
4. Agar semua usaha menuntut kemerdekaan Maluku lewat konstitusi Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku janganlah ditindas atau dapatlah dibantu oleh ABRI,
5. Agar tindakan-tindakan polarisasi yang dilakukan lewat intelek Maluku golongan aparatip yang memfrustasikan perjuangan kemerdekaan Maluku di dalam maupun di luar negeri itu, dihentikan.

Selain surat tersebut, bukti-bukti awal yang menunjukkan terjadinya pemberontakan RMS di Ambon-Maluku, juga dapat diketahui dari dokumen 'bocoran'-nya -- faksi lain di RMS -- yang menamakan dirinya sebagai "Presidium Sementara RMS Ambon."

Pada tangal 14 November 1998, presidium tersebut mengeluarkan "Surat Perintah Tugas" No. 01/PS.04.1/XI/98, yang ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Presidium, masing-masing bernama O. Patarima, SH dan Drs. Ch. Patasiwa. Isi surat tugas berupa perintah kepada D Pattiwaelappia (jabatan Ketua Komisi Bidang Komunikasi), A Pattiradjawane (Ketua Komisi Bidang Hukum) dan S. Saiya (Staf Komisi Bidang Komunikasi), untuk melaksanakan missi perjuangan RSM.

Kepada ketiga orang tersebut, diberi tugas dan wewenang sbb:

1. Melakukan upaya-upaya diplomasi dan pendekatan dengan warga masyarakat Maluku di perantauan dalam rangka konsolidasi kekuatan dan penggalangan persatuan,
2. Mengadakan koordinasi dengan tokoh-tokoh intelektual tertentu di kota atau daerah tujuan untuk membentuk perwakilan presidium atau pun organisasi perjuangan yang memungkinkan sesuai dengan kondisi setempat,
3. Berusaha menghimpun dana secara sukarela dari warga setempat untuk mendukung kebutuhan pembiayaan program perjuangan,
4. Melaporkan hasil pekerjaan secara berkala guna keperluan pengendalian dan evaluasi.

Surat tugas juga menyebutkan daerah tujuan yakni Jakarta, Surabaya, dan kota-kota tertentu di Pulau Jawa. Juga, ditentukan soal keberangkatannya yakni mulai 16 November s.d. media Desember 1998.

Bersamaan dengan keluarnya surat tugas, Presidium Sementara RMS di Ambon membuat pula surat pengantar bernomer 02/PS.05.1/XI/98, perihal "Permohonan Bantuan", dilengkapi lampiran sebanyak sepuluh daftar. Isi surat diawali dengan kalimat antara lain:Pertama-tama, terimalah salam kebangsaan dan pekik perjuangan kita "Mena Moeria".

Selanjutnya, ditulis:

Kami merasa mendapat kehormatan untuk menjumpai Bapak, Ibu dan semua saudara segandong yang sementara ini berada di Tanah Perantauan, untuk menyampaikan perkembangan terakhir yang sedang terjadi di kalangan rakyat dan masyarakat Maluku dewasa ini.

Secara singkat boleh kami katakan bahwa tingkat kesabaran dan daya tahan rakyat dalam menghadapi kondisi perekonomian maupun situasi politik yang dikendalikan dari Pusat (Jakarta), sudah berada pada titik yang sangat rawan. Bahwa demi untuk mencegah terjadinya tindakan lepas kontrol yang dapat membahayakan diri, keluarga maupun masyarakat banyak, kami terpaksa telah mengambil tanggungjawab kolektif tadi dan menyusun sebuah program perjuangan sesuai dengan kemampuan kami yang sangat terbatas.

Dalam rangka itulah kami sungguh memerlukan support, baik moral maupun material terutama dari Bapak/Ibu yang memiliki kelebihan berkat Tuhan. Demikian dengan susah payah kami telah mengutus tiga orang teman ini, sambil mengharapkan uluran tangan Bapak/Ibu semua. Kami percaya bahwa semua saudara segandong di rantau tidak akan sampai hati membiarkan kami berjalan sendirian sebab 'potong di kuku rasa di daging'. Semoga Tuhan tetap menjaga dan memelihara kita semua dengan kelimpahan berkat Sorgawi. Amatooo...

DARI Ambon, Presidium Sementara Republik Maluku Selatan (RMS) -- pada 14 November 1998 -- mengeluarkan 'Seruan' yang ditujukan kepada warga Maluku di Belanda.

Seruan yang ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekjen Presidium Sementara RMS, masing-masing O Patarima, SH dan Drs. Ch. Patasiwa itu, diawali dengan kalimat:

"Kepada Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, putra-putri Maluku yang sementara berdiam di negeri Belanda."

1. Terimalah salam kebangsaan dan pekik perjuangan kita "Mena Moeria",
2. Dengarlah seruan kami dari jauh, dari Maluku, Tanah Tumpah Darah Kita:
* Saat ini, rakyat Maluku di Tanah Air sudah tidak sabar lagi untuk merdeka,
* Kebencian rakyat terhadap Pemerintah Indonesia sudah mencapai puncaknya,
* Untuk sementara, kami harus mengambil tanggungjawab memimpin dan mengarahkan perjuangan di Tanah Air agar supaya tidak berjalan sendiri-sendiri, yang nanti bisa menyusahkan banyak orang,
* Kami sangat mengharapkan dukungan dan bantuan saudara-saudara dari negeri Belanda dalam menyokong perjuangan ini agar kiranya dapat berjalan lancar dan sukses dalam waktu yang tidak terlalu lama,
* Sesungguhnya perjuangan ini adalah tanggungjawab setiap anak Maluku, di mana pun berada. Karena itu, janganlah biarkan kami sendiri,
* Kami percaya bahwa nasib masa depan anak cucu kita ada di Tanah Air Maluku tercinta.

Pada akhir "Seruan", ditulisnya kalimat sbb:

"Biar Hujan Emas di Negeri Orang, Tidak Sama Hujan Batu di Negeri Sendiri." Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan perlindungan kepada kita, sampai bertemu nanti di Tanah Air.

Bukti-bukti awal yang mengarah pada kesimpulan terjadinya gerakan pemberontakan RMS pada akhir tahun 1998, juga ditemui oleh pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Den Haag. Dalam laporan khususnya yang disampaikan oleh Kantor Atase Pertahanan (Athan) KBRI Den Haag tertanggal 18 Desember 1998 -- ditandatangani Athan KBRI, Kol. Laut (E) Ir. Wahyudi Widajanto, MSc -- diungkapkan antara lain: Adanya informasi ihwal mulai tumbuhnya "embrio" kelompok RMS di Indonesia, khususnya di Jakarta.

Selain itu, juga diungkap: Berita yang dimuat oleh Harian Belanda "Rotterdam Dagbland" (Selasa, 11 Januari 2000) yang intinya menyebutkan bahwa Pemerintah RMS di pengasingan mempersiapkan diri untuk mengambil alih kekuasaan di daerah Maluku Selatan. Pernyataan ini disampaikan oleh Presiden RMS, F.LJ Tutuhatuwena. Dia mengatakan, bahwa upaya yang ditempuh adalah dengan membentuk suatu struktur organisasi yang dapat mengambil alih kekuasaan dari Jakarta.

Diinformasikan pula bahwa saat ini di Maluku telah berada beberapa puluh penganut dan simpatisan RMS yang diharapkan dapat merealisasikan cita-cita mereka. Skenario yang mereka inginkan adalah pengambilalihan kekuasaan tanpa kekerasan dengan memanfaatkan krisis ekonomi dan politik di dalam negeri saat ini.

Untuk itu, telah dibentuk suatu kabinet bayangan dengan tugas menjaga agar kehidupan masyarakat Maluku terus berjalan normal apabila pemerintah di Jakarta jatuh. Tugas berikutnya adalah melucuti dan membubarkan tentara Indonesia yang masih berada di Maluku.

Hingga kini bantuan dari masyarakat Maluku di Belanda adalah bantuan nasihat dan keuangan, dan belum ada permintaan bantuan senjata dari Maluku. Selanjutnya, pada 19 Desember 1998 yang akan datang di Barneveld, Belanda akan diselenggarakan pertemuan antara RMS dengan Badan Persatuan Maluku sebagai pendukung RMS dengan tujuan untuk membicarakan rencana aktivitas apa yang akan ditempuh selanjutnya.

DALAM kaitannya dengan SK Menkeh RI No. M. 01.iZ.01.02 tahun 1983 tentang Pelaksanaan Pembebasan Keharusan Memiliki Visa Bagi Wisatawan Asing, pihak Athan KBRI Den Haag menganalisisnya: sebagai sesuatu yang dimanfaatkan oleh kelompok RMS untuk menyusupkan kaki tangannya -- yang notabene mereka kemungkinan besar tidak terdaftar sebagai anggota kelompok RMS -- ke Indonesia untuk berkunjung. Selanjutnya, mereka itu "menghilang" di tanah air dengan memanfaatkan kelemahan pengawasan kita di tanah air. Orang-orang inilah yang kemungkinan besar merupakan pioner tumbuhnya kembali kelompok RMS di Indonesia.

Athan KBRI Den Haag juga menyimpulkan:

Kelompok RMS secara jelas telah semakin serius, terorganisir serta terencana dalam upaya-upaya mewujudkan cita-citanya dengan memanfaatkan situasi krisis ekonomi dan politik di dalam negeri akhir-akhir ini.

Pergerakan simpatisan dan aktivis RMS di Den Haag ini benar-benar memperoleh perhatian yang optimal dari KBRI Den Haag. Dalam kawat khususnya -- bernomer 147/div.12/98 -- yang dikirimkan kepada Menlu, Menko Polkam, Mendagri, Menhankam/Pangab dan Menkeh, KBRI Den Haag melaporkan perihal pokok-pokok hasil pertemuan RMS di Barneveld pada 19 Desember 1998.

Disebutkannya:

* pertemuan dihadiri oleh 8 organisasi masyarakat Maluku termasuk 'badan persatuan' yang berhaluan keras dan merupakan pendukung utama RMS.
* pertemuan telah membentuk suatu struktur organisasi yang dinamakan 'Kongres Nasional Maluku' dengan tujuan utama mendukung dan memiliki tugas politik dan peralihan kekuasaan.
* "Pemerintahan RMS" dalam pengasingan akan memberikan senjata kepada organisasi-organisasi di Maluku yang diharapkan akan ikut serta dalam pengambilalihan kekuasaan apabila Pemerintah Indonesia jatuh.
* Menteri Urusan Umum RMS, J.W Wattilete yang diharapkan akan menggantikan "Presiden RMS" Tutuhatunewa kepada pers mengatakan bahwa perebutan kekuasaan dengan senjata merupakan jalan terakhir kalau dengan cara damai tidak berhasil.
* Kalau kelompok-kelompok di Maluku minta bantuan senjata akan ditanggapi dengan serius.
* Kesempatan semacam ini tidak akan terulang lagi dan harus dimanfaatkan.

SOAL keseriusan para aktivis dan simpatisan RMS mewujudkan cita-citanya, sebenarnya kian jelas dengan terjadinya berbagai peristiwa pancingan yang dilakukan dengan cara mengusir suku Bugis Buton Makassar (BBM) yang sudah hidup puluhan tahun di Ambon dan sekitarnya.

Hal itu terjadi pada medio November 1998 -- atau satu bulan sebelum 19 Januari 1999 (Idul Fitri Berdarah) -- di Kampung Hative Besar Ambon. Di basis pemberontak RMS itu, ratusan orang Islam yang berlatarbelakang BBM diusir, dibunuh dan seluruh rumahnya dibakar habis.

Di tengah-tengah aksi penyerangan tersebut, umat Islam menemukan sejumlah dokumen pemberontakan RMS. Sayangnya, dokumen diserahkan begitu saja oleh umat Islam kepada aparat keamanan, tanpa sempat terlebih dulu mem-foto-copy.

Demikian halnya, dalam setiap peristiwa pertempuran antara pemberontak RMS dengan masyarakat setempat, di antara mereka kerapkali meneriakkan yel-yel seperti "Hidup RMS", "Hidup Israel", "Anda Memasuki Wilayah RMS-Israel", atau salam kebangsaan RMS yang berbunyi "Mena Moeria Menang".

Jauh-jauh hari sebelum itu, sebenarnya pihak berwajib di Ambon sudah "mengendus" gerakan pemberontak RMS. Pada tahun 1989, Korem 174/Patimura -- yang komandannya waktu itu adalah Kol. Inf. Rustam Kastor -- berhasil membongkar jaringan organisasi RMS di Kota Ambon yang mempunyai rencana besar. Antara lain adanya rencana membangun kekuatan bersenjata di Pulau Seram.

Menurut Rustam Kastor, seorang mantan perwira menengah TNI AD, yakni Letkol Inf (Purn) Ony Manuhutu (Jakarta) dilibatkan untuk menuntaskan rencana sekaligus memimpin kekuatan bersenjata di lapangan. Dalam kaitan ini, gudang senjata TNI milik Lantamal di Ambon siap diserbu dan dibongkar untuk diambil senjata serta amunisinya. Untuk itu, sudah disiapkan dukungan dari seorang bintara penjaga gudang amunisi tersebut.

Persiapan pemberontakan juga tampak dari ditemukannya senapan jenis karaben beserta sejumlah amunisi di sebuah gereja tua pada benteng Amsterdam, di Desa Hila Kaitetu. Kepada penulis yang mengunjungi lokasi tersebut (Maret 1999), sejumlah saksi mata mengatakan, penemuan itu sebenarnya tak diduga tatkala terjadi bentrokan antara pemberontak RMS dengan masyarakat setempat.

Usaha penggalanan dana dan senjata untuk pemberontakan RMS, juga diakui oleh Presiden RMS di pengasingan yaitu Dokter Tutuhatunewa (76). Dia mengakui mengucurkan dana perang ke Maluku. Meski tak bersedia menyebut jumlah dana yang disampaikannya ke Ambon-Maluku, tapi dana itu sudah diserahkan kepada kelompok tertentu (Tempo edisi 26 Desember 1999).

Selain itu, Tempo juga menyebutkan pada Agustus 1999 aparat keamanan menemukan uang sejumlah Rp 500 juta dari lima penumpang Kapal Bukit Siguntang yang berlabuh di Pelabuhan Ambon. Uang tersebut dikemas dalam ratusan amplop dengan tertulis nama organisasi "Satu Bantu Satu, Maluku-Netherland". Menurut keterangan Imam Besar Mesjid Al Fatah Ambon, KH Abdul Aziz Arby, Lc., organisasi tersebut diduga punya hubungan dengan sebuah organisasi di daerah Ciledug, Jakarta.

Sejumlah nara sumber penulis di Ambon dan Maluku Utara menyebutkan, gerakan RMS diduga kuat memperoleh dukungan dari pihak Yahudi Israel. Disebutkannya, dalam internet beberapa waktu lalu, sempat ada situs RMS yang menampilkan artikel terbitan Israel yakni United Israel Bulletin (UIB). Buletin itu mengungkapkan harapan RMS untuk mendapat dukungan dari Israel.

Koresponden UIB di PBB, David Horowits -- dalam terbitan musim panas 1997 -- menulis: mayoritas pendukung RMS memang dekat dengan Yahudi-Israel. Selama beberapa kali peringatan hari kemerdekaan RMS di Maluku, bendera Israel bersama emblem AS dan Belanda dipadukan dengan emblem RMS.

RMS juga punya hubungan dengan gerakan serupa di Timtim. Buktinya, di situs Djangan Lupa Maluku: www.dlm.org. dapat dijumpai naskah proklamasi RMS yang dibacakan pada tahun 1950 dan ditandatangani JH Manuhutu serta A Wirisal.

Salah satu berita yang menarik yang dirilis UIB -- selain tentang persahabatan RMS dan Israel -- juga artikel itu mengungkapkan hubungan antara RMS dan pergerakan di Timtim yang dipimpin Jose Ramos Horta. Menurut David Horowits, ketika Horta menerima Nobel, saat itu salah satu menteri RMS, Edwin Matahelumual mengirim surat kepada Horta.

Pada harian De Volkskrant (edisi 12 Januari 2000) dilaporkan di halaman depan, RMS mengumpulkan dana dari orang-orang Maluku di Belanda. Dana itu untuk membeli senjata guna membantu "saudara-saudara Kristen" di Maluku.

Melalui jaringan internasional, tulis harian De Volkskrant, dana yang terkumpul tersebut akan dibelikan senjata yang selanjutnya dikirim ke Maluku Tengah melalui Filipina Selatan.

Harian Brabants Dagblad (edisi 17 Desember 1999) memberitakan pertemuan lima wakil pemerintahan RMS di pengasingan oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Mengutip ketua delegasi, Otto Matulessy, harian itu menyatakan, Presiden Abdurrahman Wahid menghendaki partisipasi masyarakat Maluku di Belanda, terutama pemerintah pengasingan RMS, untuk membantu membangun Maluku.

Kita tentunya menjadi 'bingung' mengetahui sikap Abdurrahman Wahid yang menerima perwakilan RMS tersebut. Ya, sama 'bingung'-nya kita dengan tidak adanya pernyataan resmi dari pemerintahan Abdurrahman Wahid-Megawati untuk menyebutkan ihwal terjadinya pemberontakan RMS di Ambon-Maluku. Bukankah fakta-fakta sudah jelas dan bukti-bukti awal sudah ada yang bisa disimpulkan perihal terjadinya suatu pemberontakan RMS?

Sikap pemerintah dalam kasus Ambon-Maluku ini benar-benar "aneh bin ajaib" sekaligus diskriminatif. Ketika terjadi kasus peledakan mesjid Istiqlal dan terungkapnya kasus kelompok AMIN di Bogor, pemerintah begitu mudahnya menyatakan ada gerakan untuk mendirikan negara Islam sekaligus mengganti dasar negara Pancasila. Padahal bukti-buktinya tidak ada.

Sedangkan dalam kasus Ambon-Maluku, pemerintah "diam seribu bahasa". Bahkan umat Islam yang melakukan penumpasan terhadap para pemberontak RMS, justru disalahkan. Laporan-laporan temuan dokumen pemberontakan RMS -- baik yang disampaikan umat Islam maupun aparat keamanan level lapangan -- ternyata tidak digubris.

Bahkan opini yang kemudian dilontarkan serta ditumbuhsuburkan ke publik adalah rumor tentang adanya campur tangan "Cendana" beserta kroni-kroninya, oknum TNI/Polri, dan kalangan status quo.

Para pengamat yang semestinya berpikir objektif dan proporsional, ternyata tak jauh berbeda dengan perilaku elit politik. Mereka menyoroti persoalan Ambon-Maluku dari perspektif rumors. Kalaupun ada, sekadar menengoknya dari segi sosiologi, ekonomi, sosial, pendidikan dan politik seperti rebutan jabatan di struktur pemerintahan.

Para pengamat, boleh jadi, bisa mengungkapkan analisisnya -- hingga mulutnya berbusa -- namun sebenarnya yang terjadi di lapangan tidaklah semacam itu. Substansi kualitatif analisis dan asumsi pengamat seperti soal kesenjangan sosial ekonomi, itu pada dasarnya hanyalah 'muatan' yang menumpangi akar masalah sesungguhnya dalam kasus Ambon-Maluku.

Ya, tak jauh bedanya dengan asumsi kasus pembantaian terhadap umat Islam di Poso, Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu. Saat itu bahkan hingga kini, di tengah masyarakat 'tersebar' asumsi adanya kesengajaan oknum militer untuk mengacaukan situasi, lalu ketika masyarakatnya mengungsi, maka mereka pun melakukan penjarahan seperti kayu ebonit atau kayu hitam. Padahal kenyataannya -- berdasarkan fakta di lapangan -- tidaklah demikian. Jika pun ada yang berbuat semacam itu, sekadar oknum dan jumlahnya pun sedikit.

Yang semestinya dilihat oleh para pengamat, elit politik atau pejabat pemerintahan adalah fakta di lapangan -- alias di tengah konflik tersebut -- yakni adanya 'benang merah' pemberontakan RMS, baik di Ambon, Tual (Maluku Tenggara), Maluku Utara, dan Poso.

Adanya rencana dan realisasi sistematis penyebaran "virus pemberontakan RMS", diakui pula oleh Ketua Forum Komunikasi Kerukunan Antar Umat Beragama Maluku Utara, Abdul Gani, MA.

Dikemukakannya, jauh-jauh hari sebelum terjadinya kasus pembantaian terhadap umat Islam oleh komunitas pemberontak RMS di Tual, Ternate, dan Halmahera (Maluku Utara), sejumlah tokoh Islam di MUI sudah mengingatkan masyarakat setempat karena saat itu, ada beberapa fenomena 'aneh tapi nyata' yang berkaitan dengan 'pemanasan' situasi di tengah masyarakat yang sebelumnya sudah rukun.

Di Tual (Maluku Tenggara), Halmahera dan Ternate (Maluku Utara), umpamanya, mulai didatangi para pengungsi asal Ambon. Di antara pengungsi itu, ternyata ada sejumlah provokator dari kalangan RMS. Mereka menyebar isu adu domba dan menumbuhsuburkan fitnah kepada umat Islam, yang sebenarnya masih ada hubungan darah seperti yang terjadi di daerah Halmahera (Tobelo, Galela, Kao, Malifut, Ternate, dan sekitarnya). Nyatanya, benar, beberapa saat kemudian terjadilah aksi kerusuhan dan pembantaian terhadap umat Islam.

Sebaliknya, ada fakta yang menunjukkan tidak semua daerah di Ambon bisa terkena "virus pemberontakan RMS". Ini bisa disaksikan langsung di daerah Wayame -- dekat Poka (tempat pembantaian terhadap umat Islam pada Juli 1999) -- di lokasi itu hidup rukun umat Islam dan umat Kristen. Hingga kini mereka tetap akrab, tidak saling menyerang. Bila malam hari, mereka sama-sama berjaga-jaga di pos keamanan lingkungan (kamling).

Di tengah malam yang cukup dingin itu, terkadang di pos-pos kamling mereka menyanyikan lagu-lagu pujian agamanya, sedangkan umat Islamnya 'tenang-tenang' saja bersenandung shalawat badar atau nasyid islami. Tak ada pertengkaran. Bahkan di daerah itu ada sebuah mesjid dan beberapa gereja, yang masih utuh. Bila hari Jumat atau Minggu tiba, warga setempat pergi ke mesjid dan yang lainnya pergi ke gereja.

Mengapa mereka bisa rukun? Menurut tokoh Islam setempat -- yang juga anggota DPRD Maluku -- ustadz H Muhammad Kasuba, MA, di Wayame ada sejumlah tokoh Kristen yang dikenal sebagai pendeta. Mereka membuat kesepakatan dan menyatakan tidak mau melakukan pembantaian terhadap umat Islam -- yang notabene jumlahnya sangat minim di daerah terebut -- karena menyadari kekeliruannya bila mengikuti ajakan para provokator pemberontakan RMS. Meski berkali-kali dibujuk rayu, para tokoh Kristen dan warga Kristen di daerah itu menolak bergabung dengan para pemberontak RMS.

Fakta-fakta -- lapangan -- yang tak terbantahkan ini, ironisnya dianggap 'angin lewat' saja. Bukti-bukti awal yang mengarah pada kesimpulan terjadinya pemberontakan RMS, sama sekali tidak diperhitungkan dan di-cuekin terus-terusan oleh pemerintah.

Hampir semua pejabat pemerintah RI sekarang menderita 'sariawan' stadium berat, sehingga tidak bisa membuat pernyataan jujur bahwa di Ambon dan Maluku telah terjadi tindakan subversif atau makar dari sejumlah orang yang ingin mendirikan Republik Maluku Sarani atau Republik Maluku Selatan (RMS).

Sungguh, dunia memang -- boleh saja -- terbalik, namun kebenaran tidak bisa dibalikkan. Para elit politik boleh berakrobat membalikan akar masalah di Ambon-Maluku, tapi tetap saja 'masalahnya' tak akan selesai.

Karenanya, cepat atau lambat, kebenaran terjadinya pemberontakan RMS di Ambon-Maluku akan terungkap. Ya, setidaknya bila pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kelak dipimpin oleh orang-orang yang jujur, menegakkan shalat, ber-akhlaqul karimah, pikirannya sehat dan tidak terkooptasi oleh musuh-musuh Islam.

Achmad Setiyaji adalah wartawan HU "Pikiran Rakyat", pernah melakukan kunjungan jurnalistik ke kawasan Ambon dan Maluku Utara (medio 1999-awal 2000). Tulisan ini sebagai suplemen wacana umat atas makalahnya berjudul "Ribuan Umat Islam Indonesia Menjadi Korbannya: Tangan-tangan Yahudi di Ambon dan Maluku", yang disampaikan dalam forum "2nd International Muslim Lawyers Conference" di Postdam, Jerman (3-6 Maret 2000) dan di beberapa tempat lainnya di Jerman serta Malaysia (HU "PR", 18/3 '2000).

Sumber :
http://media.isnet.org/ambon/RMSdiAmbon.html